BeritaKAWAT DUNIA

Konflik Iran-Israel Memanas Lagi! Gencatan Senjata yang Penuh Drama dan Kesalahpahaman

Kebingungan dan Kekecewaan di Pihak Israel

Pernyataan Trump yang berubah-ubah ini mengejutkan sejumlah pejabat Israel. Mereka sebelumnya mengklaim telah berkoordinasi dengan Washington dan menerima “lampu hijau” untuk merespons pelanggaran gencatan senjata oleh Iran. Namun, Trump tampaknya tidak mengetahui atau tidak mengakui koordinasi tersebut, dan justru menunjukkan kemarahannya.

Mengutip YNetNews, sumber di Israel menyebut bahwa serangan udara yang dilakukan hanya ditujukan ke satu sasaran, jauh lebih kecil dari skenario respons awal. Ini untuk menunjukkan bahwa Israel “tidak menyerah” meskipun ada tekanan dari AS.

Insiden ini sekali lagi memperlihatkan celah antara pernyataan publik Israel dan Amerika Serikat soal Iran. Perbedaan pandangan ini diyakini bersumber dari ketidakjelasan soal waktu efektif dimulainya gencatan senjata. Israel menganggap gencatan senjata berlaku sekitar pukul 04.00 pagi, namun banyak detail yang ternyata belum disepakati secara resmi.

Israel menganggap serangan mematikan ke Be’er Sheva sebagai pelanggaran serius, sementara Trump hanya menanggapi peluncuran rudal yang terjadi setelah pukul 07.00 pagi.

Pernyataan Trump yang secara terbuka meminta Israel menghentikan serangan, bahkan menyalahkan Israel, menunjukkan risiko diplomatik dari keputusan AS untuk ikut menyerang fasilitas nuklir Iran. Salah satu target utama adalah fasilitas Fordow yang terkenal sangat terlindungi.

Reaksi Israel dan Kritik Internal

Pejabat Israel sendiri mengaku tidak terkejut dengan pelanggaran Iran. Sebelum pernyataan Trump muncul, pemerintah Israel telah menginstruksikan IDF untuk bersiap melancarkan respons yang “signifikan” setelah serangkaian serangan besar-besaran ke wilayah Iran yang dilaporkan menewaskan ratusan anggota milisi Basij.

Seorang pejabat keamanan mengkritik keputusan mencapai gencatan senjata sebelum semua detail rampung sebagai tindakan “naif dan salah memahami musuh yang ingin menghancurkan kita.” Sementara itu, seorang pejabat pertahanan lainnya memperkirakan bahwa respons Israel kemungkinan hanya akan memperpanjang konflik satu atau dua hari saja, dan tidak akan menyeret ke dalam perang panjang. “Kita harus lihat dulu bagaimana reaksi Iran,” ujarnya.

Trump sendiri mengumumkan gencatan senjata secara sepihak pada malam sebelumnya, tanpa memberi tahu banyak penasihatnya. Menurut Trump, Iran akan menghentikan tembakan mulai pukul 07.00 pagi waktu setempat, dan Israel akan menyusul 12 jam kemudian. Namun kenyataannya, kedua negara diharapkan menghentikan tembakan pada waktu yang sama.

Iran justru menembakkan rudal pada pukul 07.11 dan 10.30 pagi waktu Israel, dan mengklaim bahwa Israel lebih dulu menyerang sekitar pukul 08.30 pagi.

Beberapa saat setelah peluncuran rudal Iran, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyatakan bahwa “Teheran akan gemetar.” Menteri Pertahanan Israel Israel Katz lalu menyebut tindakan Iran sebagai pelanggaran serius dan memerintahkan IDF “melancarkan serangan intensif ke jantung rezim Iran.” Kepala Staf IDF, Letnan Jenderal Eyal Zamir, dalam evaluasi situasi, membenarkan bahwa serangan akan dilanjutkan. “Melihat pelanggaran berat terhadap gencatan senjata oleh rezim Iran, kami akan menyerang dengan keras,” katanya.

Konflik yang terus bergejolak ini menunjukkan betapa kompleksnya dinamika di Timur Tengah, dengan berbagai kepentingan dan kesalahpahaman yang dapat dengan mudah memicu kembali ketegangan.

Akankah gencatan senjata benar-benar dapat terwujud, atau akankah eskalasi terus berlanjut? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. (*/tur)

Laman sebelumnya 1 2

Related Articles

Back to top button