BeritaUtama

Pasien Bisa Cuci Darah Sendiri di Rumah

RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya (RSDS) mengembangkan pelayanan untuk pasien cuci darah dengan metode continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Dengan metode ini pasien bisa melakukan cuci darah sendiri atau mandiri di rumah tanpa harus datang ke rumah sakit.

MOHAMMAD ISMAIL, Palangka Raya

https://kalteng.co

DIREKTUR RSDS Palangka Raya dr Yayu Indriaty SpKGA mengatakan, penggunaan metode CAPD ini merupakan pengembangan pelayanan kepada pasien cuci darah.

“Tindakan operasi CPAD ini sama membuat jalur vaskularisasi juga, tapi melewati perut. Dengan metode CAPD ini, pasien bisa mengganti cairan sendiri di rumah untuk cuci darah. Teknis dibantu oleh tenaga medis rumah sakit. Cairannya disiapkan rumah sakit,” ujar Yayu didampingi Kasi Humas Cipta Y, Sabtu (12/12).

Dengan penggunaan metode CAPD, bisa mengurangi jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit. Yayu berharap pasien-pasien cuci darah yang memenuhi syarat bersedia menggunakan CAPD ini.

Melihat data dari pasien, umur pasien, sekarang usia muda sudah mengalami gagal ginjal. Otomatis ke depan, diperkirakan jumlah pasien gagal ginjal akan bertambah. Menyikapi hal ini, selain menambah kapasitas mesin dan ruangan untuk pasien hemodialisis, juga mengenalkan metode CAPD.

“Insyaallah tahun depan kami akan memiliki 30 mesin cuci darah dengan gedung baru yang saat ini dalam proses pembangunan,” ujar Yayu.

Menurutnya salah satu fokus pelayanan mereka adalah pasien gagal ginjal akut dan kronis yang memerlukan pelayanan cuci darah. Jumlah pasien ini tiap tahun terus bertambah. Masuk 10 besar jumlah pasien yang melakukan rawat jalan atau kunjungan ke RSDS.

“Satu bulan rata-rata 1.000 orang pasien yang melakukan cuci darah. Selama pandemi, kami juga membuka khusus mesin untuk pasien suspect dan terkonfirmasi Covid-19. Pelayan cuci darah ini harus terus berjalan,” ujar Yayu saat ditemui Kalteng Pos, akhir pekan lalu.

Cuci Darah Mandiri

Menurut dr Daniel Oktavianus Dau SpB, metode CAPD ini merupakan salah satu metode untuk cuci darah bagi pasien gangguan ginjal. Caranya dengan memasangkan kateter atau slang ke dalam rongga perut dengan cara operasi. Melalui keteter ini dimasukkan cairan untuk menyaring racun di tubuh.

Saat ditemui Kalteng Pos, dr Daniel baru saja menyelesaikan operasi pemasangan kateter untuk pasien cuci darah yang akan menggunakan metode CAPD. Tim operasi yang dipimpin dr Daniel ini beranggotakan Sukmaria SKep Ns,  Mulyadi SKep Ns, dan Rahmadi SKep Ns. Memerlukan waktu satu jam untuk merampungkan operasi.

Pasien perempuan berusia 49 tahun asal Sampit itu merupakan pasien kedua yang akan menggunakan metode CAPD. Sebelumnya pada bulan Juli lalu ada pasien cuci darah laki-laki berusia 20 tahun yang juga menggunakan metode serupa.

Cara kerja metode CPAD ini, pasien akan memasukkan cairan khusus ke dalam perut melalui keteter yang telah dipasang di perut. Kemudian cairan yang sudah masuk didiamkan selama 5 jam. Selama itu cairan akan menarik racun-racun di dalam darah. Setelah itu cairan dikeluarkan lagi melalui keteter untuk dibuang.

“Pasien bisa melakukan sendiri di rumah. Sebelumnya akan diajari cara penggunaannya, memasukkan dan mengeluarkan cairan. Cairan ini disediakan oleh RSDS. Layanan termasuk yang dijamin oleh BPJS,” ujar dr Daniel.

Metode CPAD ini akan sangat membantu bagi pasien cuci darah yang tinggalnya jauh atau mereka yang tidak dapat jadwal. Namun, tidak semua pasien bisa menggunakan CAPD ini. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

“Ada tim yang akan menyeleksi, mana pasien yang cocok dan tidak,” ujar dr Daniel.

Sementara itu, Kepala Instalasi Hemodialisis dr Dayang Nurbayati SpPD menyampaikan bahwa metode CAPD dan metode cuci darah lainnya memiliki efektivitas yang sama. “Sama efektif dengan metode lainnya,” ujarnya.

Pasien yang diprioritaskan untuk dipasang CPAD ini adalah pasien-pasien yang lokasinya jauh. Melalui metode ini diharapkan pasien bisa melakukan cuci darah secara mandiri.

“Kadang ada pasien rujukan dari luar kota. Seharusnya dapat jadwal dua kali sepekan, tapi karena penuh, hanya dapat satu kali. Selama pandemi ini, jika pasien pulang pergi menggunakan angkutan umum, juga berisiko tertular Covid-19. Diharapkan penggunaan metode ini bisa membantu para pasien,” ujarnya. (sma/k20/ce/ala)

Related Articles

Back to top button