“Konsekuensinya, jika individu, lembaga dan organisasi yang tidak mau berubah dan masih menggunakan cara-cara lama dan sistem lama akan kalah bersaing bahkan hilang ditelan pusaran disrupsi,” ujar Andrie dalam refleksi dan visi Universitas Palangka Raya.
Ketiga disrupsi di atas, menurut Andrie telah memaksa perguruan tinggi sebagai organisasi untuk secara cepat belajar beradaptasi, menggeser pradigma, perubahan budaya belajar dan kerja untuk bergerak maju dengan menciptakan berbagai inovasi pembelajaran dan penelitian, sehingga berdaya tahan, berdaya cipta dan berdaya saing.
Disprupsi ini bersifat kontinum atau rangkaian. Disrupsi tidak akan berakhir di waktu yang akan datang. Disrupsi-disrupsi baru akan terus bermunculan. Oleh sebab itu, setiap generasi harus meresponnya. Untuk merespon itu, kata Andrie, pimpinan dan segenap civitas akademika Universitas Palangka Raya berefleksi, bahwa sebagai perguruan tinggi harus membangun dirinya dengan empat paradigma.