BeritaNASIONALOPINIPOLITIKA

Politik Orang Madura

Politik yang cair

Peta politik di Madura, dan di semua daerah, sangat cair. Tidak mungkin ajeg. Apalagi, kurun waktu lima tahun telah memberikan ruang yang cukup bagi semua partai untuk konsolidasi dan merapatkan barisan. Artinya, meski sejak 2014 Madura menjadi basis massa pendukung Prabowo, tidak menutup kemungkinan peta dukungan itu berubah.

Berkaca pada Pemilu 2019, pasangan Prabowo-Sandiaga Uno kala itu unggul di tiga kabupaten, yaitu Sumenep (64,33 persen), Pamekasan (83,78 persen), dan Sampang (74,30 persen). Sementara di Bangkalan, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin unggul tipis 57,74 persen. Peta dukungan di pilpres akan terus berubah, apalagi cawapresnya putra kelahiran Madura.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Sosok Mahfud MD kemungkinan akan mengerem laju kejayaan Prabowo di Madura. Sementara Gibran Rakabuming dan Ganjar Pranowo kurang begitu populer.

Anies Baswedan mulai populer sebagai figur politik di Madura sejak riuh suksesi Pilkada DKI Jakarta 2017. Sedangkan Muhaimin Iskandar terkenal karena oleh sebagian kalangan dianggap ’’representasi” tokoh muda NU. Apalagi ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa itu dalam beberapa tahun terakhir terlihat solid melakukan konsolidasi di berbagai sudut kota.

https://kalteng.co

Dilihat dari keormasan, Madura merupakan basis NU tiada lawan tanding. Sampai muncul rumor yang menyebut, ’’Kalau orang Madura ditanya agamanya apa, maka akan dijawab: agama saya NU”.

Dari sisi ini, kontestasi tiga paslon yang memperebutkan pemilih NU di Madura sesungguhnya ’’pertarungan” sengit antara Prabowo di satu sisi dan Mahfud MD serta Muhaimin Iskandar di sisi lain.

Prabowo sebenarnya bukanlah menjadi bagian langsung dari akar tradisi dan kebudayaan NU di Madura, tetapi dia bersama timnya pintar mengambil hati orang-orang Madura.

Ini menjadi tantangan bagi Mahfud MD sebagai orang Madura beserta Muhaimin Iskandar, yang keduanya merupakan kader ideologis NU. Dan bagi orang Madura, pilpres ini akan jadi dilema tersendiri untuk memilih berdasarkan ikatan primordial, ideologi, atau bahkan rasional. (*)

*) ALI USMAN, Dosen UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, kelahiran Sumenep, Madura

Laman sebelumnya 1 2

Related Articles

Back to top button