BeritaFAMILYLife StyleMETROPOLIS

“Sabar Saja, Perbanyak Ibadah”: Benarkah Hanya Itu yang Dibutuhkan Saat Kesehatan Mental Terguncang? Perspektif Islam

KALTENG.CO-Pernahkah Anda merasakan kesedihan mendalam yang tak berujung, kecemasan melumpuhkan tanpa alasan yang jelas, atau terperangkap dalam jurang kesendirian yang menyesakkan?

Di tengah pergolakan emosi tersebut, mungkin Anda pernah mendengar nasihat yang familiar dalam budaya religius kita: “Sabar saja, perbanyak ibadah.”

Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, anjuran untuk bersabar dan mendekatkan diri kepada Tuhan memang terdengar menenangkan dan penuh harapan.

Namun, bagaimana jika luka di dalam hati ternyata jauh lebih dalam dari sekadar ujian hidup biasa? Bagaimana jika “sabar” saja tidak cukup untuk memulihkan jiwa yang sedang terluka?

Sayangnya, di kalangan sebagian umat Muslim, isu kesehatan mental masih dianggap sebagai topik yang tabu. Bahkan, tak jarang kondisi seperti depresi, kecemasan, atau gangguan mental lainnya dikaitkan dengan lemahnya iman atau kurangnya spiritualitas.

Pandangan ini tentu menimbulkan stigma dan membuat individu yang sedang berjuang merasa semakin terisolasi dan enggan mencari pertolongan yang sebenarnya mereka butuhkan.

Namun, tahukah Anda bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya selaras dengan ajaran Islam yang kaya dan komprehensif? Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin justru memberikan perhatian yang besar terhadap kesejahteraan jiwa dan raga umatnya.

Dilansir dari kanal YouTube Path Network, seorang tokoh penting bernama Dr. Rania Awaad, seorang psikiater Muslim, ulama terlatih, dan profesor di Universitas Stanford, memberikan pencerahan yang mendalam mengenai perspektif kesehatan mental dalam Islam.

Ia mengupas bagaimana Islam sesungguhnya menghargai setiap emosi yang dirasakan manusia, mendukung proses penyembuhan, dan bahkan mendorong kita untuk aktif mencari pertolongan profesional ketika hati sedang terluka.

Mari kita telaah lebih lanjut rangkuman pandangan berharga dari Dr. Rania Awaad ini:

Islam Menghargai Emosi Manusia: Bukan Sekadar Ujian

Dalam Islam, emosi dipandang sebagai bagian integral dari fitrah manusia. Kesedihan, kegembiraan, kemarahan, dan ketakutan adalah respons alami terhadap berbagai pengalaman hidup. Al-Qur’an dan Sunnah penuh dengan kisah para nabi dan orang-orang saleh yang juga mengalami berbagai macam emosi. Nabi Ya’qub AS bersedih hati atas kehilangan putranya, Nabi Ayyub AS bersabar dalam menghadapi penyakit parah, dan Rasulullah SAW sendiri merasakan kesedihan yang mendalam atas wafatnya orang-orang terkasih.

Ini menunjukkan bahwa merasakan emosi bukanlah tanda lemahnya iman, melainkan bagian dari menjadi manusia. Islam tidak menuntut kita untuk menekan atau mengabaikan emosi, tetapi mengajarkan cara mengelolanya dengan cara yang sehat dan sesuai dengan prinsip-prinsip agama.

Kesehatan Mental adalah Bagian dari Kesehatan Holistik dalam Islam

Islam memandang kesehatan secara holistik, mencakup kesehatan fisik, mental, dan spiritual. Ketiganya saling terkait dan memengaruhi satu sama lain. Jika salah satu aspek terganggu, maka keseimbangan keseluruhan akan terpengaruh. Oleh karena itu, kesehatan mental bukanlah sesuatu yang terpisah dari keimanan, melainkan merupakan bagian penting dari kesejahteraan seorang Muslim.

Sebagaimana kita dianjurkan untuk menjaga kesehatan fisik dengan makan makanan halal dan bergizi, berolahraga, dan mencari pengobatan ketika sakit, demikian pula kita dianjurkan untuk menjaga kesehatan mental dengan mencari solusi ketika mengalami kesulitan emosional atau psikologis.

Mencari Pertolongan Profesional: Bukan Tanda Kurang Tawakkal

Salah satu poin penting yang ditekankan oleh Dr. Rania Awaad adalah bahwa mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental tidak bertentangan dengan tawakkal (berserah diri kepada Allah). Justru, tindakan mencari pengobatan adalah bagian dari ikhtiar yang diperintahkan dalam Islam.

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat dengan penyakitnya, maka ia akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla.” (HR. Muslim). Hadis ini berlaku untuk segala jenis penyakit, termasuk penyakit yang berkaitan dengan kesehatan mental.

Mengunjungi psikolog, psikiater, atau terapis Muslim yang memahami nilai-nilai agama bukanlah tanda lemah iman, melainkan bentuk ketaatan terhadap ajaran Islam yang mendorong kita untuk berusaha mencari kesembuhan. Para profesional ini memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membantu kita memahami akar permasalahan, mengembangkan mekanisme koping yang sehat, dan menemukan jalan keluar dari kesulitan yang kita hadapi.

1 2Laman berikutnya
https://kalteng.co https://kalteng.co https://kalteng.co https://kalteng.co https://kalteng.co https://kalteng.co

Related Articles

Back to top button