KALTENG.CO-Setiap individu memiliki cara unik dalam merespons berbagai situasi, terutama saat berhadapan dengan kritik. Sebagian dari kita mampu menerima umpan balik dengan kepala dingin dan bahkan menjadikannya sebagai motivasi untuk berkembang.
Namun, kenyataannya, tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama. Ada sebagian individu yang menunjukkan sifat defensif yang kuat ketika menerima kritikan yang tidak sesuai dengan harapan mereka.
Perilaku defensif ini bukan sekadar masalah sensitivitas atau mudah tersinggung. Lebih dari itu, kebiasaan defensif saat menerima kritik dapat menjadi penghalang signifikan bagi pertumbuhan pribadi dan profesional seseorang.
Alih-alih belajar dan memperbaiki diri, energi justru terkuras untuk membela diri dan menolak masukan yang sebenarnya bisa bermanfaat.
Dilansir dari Geediting, terdapat beberapa kebiasaan defensif umum yang sering ditunjukkan oleh orang-orang yang sulit menerima kritik. Mengenali kebiasaan-kebiasaan ini adalah langkah awal yang penting untuk mengatasi masalah ini dan membuka diri terhadap umpan balik konstruktif.
Inilah 7 Kebiasaan Defensif yang Sering Muncul Saat Menghadapi Kritik:
- Menyalahkan Orang Lain: Ketika menerima kritik, respons pertama mereka adalah mencari kambing hitam. Mereka akan menyalahkan situasi, orang lain, atau faktor eksternal sebagai penyebab masalah, alih-alih mengakui potensi kesalahan diri sendiri.
- Memberikan Alasan atau Pembenaran yang Berlebihan: Mereka akan berusaha keras menjelaskan tindakan mereka dengan berbagai alasan, seringkali terdengar seperti pembenaran yang dibuat-buat. Tujuannya adalah untuk menghindari tanggung jawab dan meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa mereka tidak bersalah.
- Menyerang Balik atau Mengkritik Balik: Alih-alih menerima kritik, mereka justru menyerang balik pengkritik dengan mencari-cari kesalahan atau kekurangan orang tersebut. Ini adalah taktik pengalihan isu dan upaya untuk merendahkan kredibilitas si pemberi kritik.
- Mengabaikan atau Menolak Kritik Secara Mentah-Mentah: Mereka cenderung menganggap kritik sebagai sesuatu yang tidak valid atau tidak relevan. Mereka mungkin bersikap acuh tak acuh, tidak mendengarkan dengan seksama, atau bahkan secara terang-terangan menolak kebenaran kritik tersebut.
- Bersikap Pasif-Agresif: Meskipun tidak menyerang secara langsung, mereka mungkin menunjukkan ketidakpuasan melalui sindiran, sarkasme, atau sikap dingin. Ini adalah cara mereka mengekspresikan penolakan terhadap kritik tanpa harus berkonfrontasi secara terbuka.
- Merasa Menjadi Korban: Mereka akan memposisikan diri sebagai pihak yang diserang atau diperlakukan tidak adil. Mereka mungkin menunjukkan ekspresi sedih, marah, atau kecewa yang berlebihan untuk mendapatkan simpati dan mengalihkan fokus dari substansi kritik.
- Menggeneralisasi atau Membesar-besarkan Kritik: Mereka mungkin mengambil satu kritik kecil dan menganggapnya sebagai serangan terhadap seluruh kepribadian atau kemampuan mereka. Mereka cenderung melebih-lebihkan dampak negatif kritik tersebut dan merasa sangat terpuruk.
Mengapa Kebiasaan Defensif Merugikan?
Kebiasaan defensif saat menerima kritik menciptakan tembok penghalang antara diri sendiri dan potensi pertumbuhan. Ketika kita sibuk membela diri, kita kehilangan kesempatan untuk belajar dari kesalahan, mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki, dan mengembangkan diri menjadi lebih baik. Selain itu, sikap defensif dapat merusak hubungan interpersonal, baik di lingkungan kerja maupun dalam kehidupan pribadi, karena orang lain akan merasa kesulitan untuk memberikan masukan yang jujur dan membangun.
Langkah Awal Mengatasi Sikap Defensif:
Langkah pertama untuk mengatasi kebiasaan defensif adalah kesadaran diri. Cobalah untuk jujur pada diri sendiri dan identifikasi apakah Anda sering menunjukkan salah satu atau beberapa kebiasaan di atas saat menerima kritik.
Setelah menyadari pola perilaku tersebut, Anda dapat mulai berlatih untuk mendengarkan dengan pikiran terbuka, mengendalikan emosi, dan mencari inti dari kritik tanpa langsung merasa terserang.
Menerima kritik memang tidak selalu mudah, namun dengan melatih diri untuk meresponsnya secara konstruktif, kita membuka pintu menuju pertumbuhan pribadi dan profesional yang lebih signifikan.
Ubahlah perspektif Anda terhadap kritik dari ancaman menjadi peluang untuk menjadi versi diri yang lebih baik. (*/tur)