KALTENG.CO-Provinsi Jawa Timur merupakan daerah pertama yang diketahui terjadinya penyebaran kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
Saat ini virus dari PMB tersebut terus menyebar ke mana-mana, dikhawatirkan juga hingga ke luar pulau Jawa, seperti halnya ke wilayah Kalimantan.
Oleh karena itu, pasongan sapi dari wilayah Jawa Timur harus benar-benar diwaspadai dan diawasi dengan ketat.
Berdasarkan data terbaru, penyebaran PMKB di Kabupaten Jombang adalah paling semakin masif. Per Senin (6/6) kemarin, secara kumulatif kasus PMK tembus 2.060 kasus. Sebanyak 535 kasus sembuh dan 22 kasus meninggal.
Kepala Dinas Peternakan Jombang Agus Susilo Sugioto menyampaikan, penyebaran kasus PMK di Jombang kian masif. Secara kumulatif, temuan kasus PMK di Jombang sudah mencapai sebanyak 2.060 ekor. ”Sebarannya kini ada di 21 kecamatan,” ujar Agus Susilo Sugioto, Senin (6/6/2022).
Agus menambahkan, temuan kasus paling banyak di wilayah Kecamatan Wonosalam. Di sana populasi sapi paling banyak. ”Untuk di Wonosalam merata di sembilan desa,” tambahnya.
Selian itu, Agus memerinci, di Kecamatan Tembelang tersebar di 6 desa, Kecamatan Mojowarno 5 desa, Kecamatan Plandaan 11 desa, Kecamatan Gudo 5 desa, Kecamatan Diwek 4 desa, Kecamatan Ngusikan 9 desa, Kecamatan Jombang 4 desa.
Sekanjutnya, di Kecamatan Bareng 4 desa, Kecamatan Kudu 7 desa, Kecamatan Megaluh 7 desa, Kecamatan Mojoagung 3 desa, Kecamatan Perak 5 desa, Kecamatan Bandarkedungmulyo 7 desa, Kecamatan Jogoroto 3 desa.
Ada juga di Kecamatan Peterongan 5 desa, Kecamatan Ngoro 6 desa, Kecamatan Sumobito 2 desa, Kecamatan Ploso 1 desa, Kecamatan Kesamben 1 desa. ”Namun, tidak semuanya masih sakit. Total yang sembuh ada 535 ekor,” papar dia.
Dijelaskan, dari total 2.060 ekor sapi yang terjangkit PMK, sebanyak 22 ekor sapi yang mati. Sebagian besar merupakan sapi anakan. ”Yang mati adalah anakan atau pedet semua. Karena, kalau pedet kan tidak bisa makan rumput, pedet hanya mengandalkan air susu induknya,” jelasnya.
Selain sapi yang mati, ia juga menjelaskan, mengenai sapi PMK yang dilakukan potong paksa. Jumlah sapi yang dilakukan potong paksa juga meningkat. Dari sekitar tujuh ekor pada Mei lalu menjadi 14 ekor kemarin. ”Sapi-sapi yang terkena PMK dan sudah ditangani pengobatan selama tiga hari tetapi progresnya tidak membaik dan ditemukan gejala ikutan seperti ambruk, luka dan gejala klinis lain yang memperberat kondisi sehinga diputuskan untuk dilakukan pemotongan bersyarat atau potong paksa,” paparnya.
Menurutnya, berbagai langkah penanganan untuk mengatasi PMK di Jombang terus dilakukan. Selain melakukan penyuntikan antibiotik dan pemberian vitamin terhadap sapi yang sakit, pencegahan secara kontinu juga terus dilakukan. ”Penanganan kita lakukan setiap hari. Baik kontrol, pengobatan sapi yang terjangkit PMK maupun pemberian disinfektan,” pungkasnya. (Dikutip dari JawaPos.com/tur)