Meraup Puluhan Juta dari Bawang Dayak
Bawang Dayak mampu mengantarkan Heni kepada kesuksesan. Buktinya, meski di tengah pandemi, ternyata bawang dayak celupnya ini laris di pasaran. Bahkan omzet yang ia dapatkan mencapai puluhan juta rupiah dalam satu bulan.
WUDI ASHADI, Palangka Raya
BANYAK pelaku UMKM mengeluh saat pandemi Covid-19 mulai menyerang. Berbagai inovasi dilakukan pelaku UMKM agar tak gulung tikar. Seperti yang dilakukan Heni. Pelaku UMKM dari Palangka Raya ini membuat bermacam-macam jenis herbal khas Dayak. Produknya yang paling laris adalah bawang lemba atau yang dikenal dengan sebutan bawang dayak celup.
Tak tanggung-tanggung produk hasil olahannya ini tidak hanya laku di Kalteng saja, tapi juga sudah laku di Kalsel, Kaltim dan beberapa provinsi di pulau Jawa. Bahkan kini, penjualan bawang dayak celupnya sudah merambah ke Negara Nigeria.
Berita Terkait……..Omzet Turun Penjual Bawang Menjerit
Perempuan berkerudung ini menceritakan, kesuksesan menghasilkan produk yang berkualitas, sehingga bisa bersaing baik nasional maupun internasional tersebut, tak datang begitu saja dan tanpa halangan. Ada banyak perjuangan, suka dan duka yang ia alami. Salah satunya, usaha yang ia kelola sejak 2014 ini juga sempat drop. Itu terjadi ketika pandemi Covid-19 mulai merebak di Indonesia.
“Saat ini alhamdulillah usaha yang saya kelola sangat laris. Bahkan omzet saat ini meningkat hingga 30 persen dari sebelum pandemi. Pendapatan kotor berkisar Rp22 juta per bulan. Itu untuk produk andalan kami herbal bawang dayak saja belum lagi produk yang lain,” kata Ibu Arya sapaan akrab Heni.
Ibu dari tujuh anak ini termotivasi membuat bawang dayak celup menjadi produk herbal kesehatan, karena kandungan bawang Dayak bisa membantu menyembuhkan penyakit. Diantaranya diabetes, hipertensi dan kolesterol.
“Selain itu karena bahan bakunya mudah didapat. Sebab sekarang sudah banyak orang yang membudidayakan bawang Dayak,” ujar Heni, seraya menambahkan, produknya sudah mengantongi BBPOM Palangka Raya.
Menurut Heni yang kini memiliki 5 karyawan ini, agar produk UKM terus diminati masyarakat adalah dengan selalu menjaga kualitas produk dan kemasan. Selain itu, yang juga sangat penting adalah perizinan yang berstandar SNI. Sebab masyarakat saat ini sudah sangat cerdas. Walaupun kualitas dan kemasan sangat menjanjikan, tetapi tidak ada izin maka masyarakat akan berpikir berulang kali untuk membeli produk tersebut.
Perempuan berusia 53 tahun sangat berharap kepada Pemerintah Daerah agar mau memberi pendampingan kepada pelaku UKM dalam membuat perizinan yang berstandar SNI. Selain itu, ia juga berharap, bisa membantu pelaku UMKM dalam pengadaan alat penunjang usaha.
“Sebab alat yang kami gunakan saat ini masih belum standar. Jadi kami sangat membutuhkan alat penunjang usaha tersebut untuk membuat produk kami lebih standar lagi,” tuturnya. (aza)