Ekonomi Bisnis

Sempat Turun, Kini Mulai Menggeliat

Pendapatan beberapa usaha melorot. Akibat pandemi Covid-19. Begitu pula usaha batik khas Kalimantan Tengah (Kalteng). Untungnya ada ke­bijakan new normal. Kini, pen­jualan batik berangsur-angsur membaik. Meskipun omzet tak seperti sebelumnya. Sebelum Virus Corona melanda.

HIKYANT, Palangka Raya

BERBAGAI motif batik khas Ka­limantan Tengah (Kalteng) terlihat cantik dan menawan. Terpajang rapi di berbagai sudut Butik Huma Batik Ka­meloh. Ada yang digantung. Ada pula yang dilipat rapi di atas meja. Sejauh mata memandang batik khas Kalteng memang tiada duanya.

“Batik yang saya jual di sini betul-betul manampilkan ciri khas Kalimantan, seperti Burung Tingang, Bawi Dayak, Jelawat, Nenas dan Durian yang me­mang sudah menjadi ciri khas Kaliman­tan, khususnya Kalteng,” kata Owner Huma Batik Kameloh, Kameloh kepada Kalteng Pos, kemarin.

Kameloh menceritakan, di tengah pandemi Covid-19, usaha yang diba­ngunnya sejak kurang lebih enam tahun ini memang sempat mengala­mi penurunan omzet. Penurunan omzet terjadi di awal merebaknya Covid-19 di Indonesia. Meski kini sudah mulai menggeliat.

“Sebelumnya omzet Huma Batik Kameloh sekitar Rp100 juta perbulan. Namun karena pandemi Covid-19 omzet mengalami penurunan yang signifikan. Untungnya saat ini sudah berangsur angsur pulih,” ungkapnya.

Kameloh yang juga seorang penyanyi lagu Dayak Tahun 2016, dengan albumnya ‘Bercabang Cabang’ ini menga­takan, supaya usahanya tersebut tetap eksis di tengah pandemi Covid-19, ada berbagai hal yang ia lakukan. “Salah sa­tunya, saya minta kepada pegawai saya untuk lebih aktif menggunakan media sosial, untuk mempromosikan batik khas Kalteng ini,” jelasnya.

Menurut perempuan kelahiran Telangkah Kabupten Katingan ini, usaha batik khas Kalteng yang ia geluti awalnya hanya skala kecil saja. Ia hanya menjual kepada rekan-rekan terdekatnya. Empat tahun kemudian, barulah ia betul-betul mengeksplorasi usahanya tersebut, lalu membuka Butik Huma Batik Kameloh di Palangka Raya dan Sampit.

“Pada akhir Tahun 2018 barulah saya betul-betul fokus mengeksplor secara total usaha saya ini, sehingga batik khas Kalteng kini banyak di­minati oleh pegawai perkantoran, anggota organisasi dan keluarga,” ucapnya seraya tersenyum.

Mengenai batik khas Kalteng yang dijual, ia mengaku mendesainnya sendiri. Untuk cetak beserta bahan kain, dikirim dari Kota Solo. “Jadi sebelum memesan saya desainkan dulu motifnya. Setelah itu baru desainnya dikirim ke Solo,” urainya.

Meski kini omzet batik khas Kalteng mulai menggeliat, Kameloh tetap berharap pan­demi Covid-19 segera berlalu. “Semoga pandemi Covid-19 berhenti, sehingga aktivitas ekonomi dan masyarakat kemba­li seperti semula,” tuturnya. (aza)

Related Articles

Back to top button