KALTENG.CO-Tokoh adat dan masyarakat di Bali bisa memaafkan ulah Alina Fazleeva, bule yang berfoto bugil alias telanjang bulat di pohon skral yang menjadi obyek wisata Kayu Putih pada areal Pura Pemaksan Babakan.
Namun, bule asal Rusia ini diminta untuk menghadiri acara adat persembahyangan saat upacara pecaruan dan ngaturang guru piduka di areal Pura dalam waktu dekat ini.
Sejumlah tokoh adat dan masyarakat di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan akhirnya bersepakat menerima permintaan maaf Alina Fazleeva, bule asal Rusia yang berfoto bugil alias telanjang bulat di obyek wisata Kayu Putih pada areal Pura Pemaksan Babakan. Meski demikian, desa adat Tua tetap menggelar upacara guru piduka.
Selain itu tokoh adat dan masyarakat tidak menuntut apapun. Kesepakatan tersebut dituangkan ke dalam berita setelah sejumlah tokoh ada dan masyarakat menggelar pertemuan.
Meski telah menerima permohonan maaf bule bernama Alina, namun mereka meminta Alina untuk ikut melakukan persembahyangan saat upacara pecaruan dan ngaturang guru piduka dilakukan di kawasan Pura Babakan.
“Kami ikhlas memaafkan. Kami juga mulat sarira (introspeksi diri),” ungkap Bendesa Adat Bayan, I Wayan Negeriawan, Kamis (5/5/2022).
Pihaknya, lanjutnya, berharap perempuan bule yang berpose bugil itu nantinya datang saat prajuru dan pengempon Pura Babakan melakukan upacara ngaturang guru piduka dan pecaruan.
“Kami juga minta dia supaya datang. Ikutlah nanti memohon maaf di sini lagi sebelum berangkat ke Dubai. Karena informasinya dia mau ke Dubai,” ujarnya.
Pihaknya masih perlu berembuk dengan pengelingsir dan pemangku di Desa Adat Bayan untuk menentukan hari baik (dewasa ayu) pelaksanaan upacara tersebut.
“Kami masih mencari hari baik upacara mecaru sareng ngaturang guru piduka. Eka sata barangkali nanti. Kami masih koordinasikan itu dulu,” ucapnya.
Wayan Negeriawan menyebut salah satu pertimbangan para tokoh adat dan masyarakat Desa Adat Bayan menerima permohonan maaf itu karena bukan hanya perempuan bule itu saja yang salah.
“Pertimbangannya, bukan beliau saja yang salah, kami juga salah. Maksudnya, kami tidak pasang banner atau papan yang berisi larangan-larangan atau peringatan,” ujarnya.
Agar tidak terulang lagi, pertemuan yang turut dihadiri Camat Marga dan Kapolsek Marga itu menyepakati penjagaan obyek wisata di kawasan suci akan diperketat.
“Pejagaan dengan melibatkan Pokdarwis, Sipandu Beradat, Bakamda, semua akan kami libatkan untuk ikut mengawasi keamanan dan kenyamanan di tempat ini,” pungkasnya. (Dikutip dari JawaPos.com/tur)