PALANGKA RAYA, Kalteng.co – Anggota Komisi C DPRD Kota Palangka Raya Norhaini menilai, bencana banjir yang terjadi dan melanda sejumlah kelurahan di Kota Palangka Raya kali ini cukup parah.
Akibat musibah ini, ribuan rumah serta sebanyak kurang lebih 24 ribu jiwa terkena dampak banjir, sehingga pemerintah menetapkan status siaga untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para warga dengan mengungsikannya ke posko-posko yang telah dipersiapkan.
Selain kondisi kesehatan dan rumah warga terdampak banjir, legislator membidangi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) ini juga prihatin dengan beberapa sekolah yang ikut terkena musibah banjir. Akibat hal ini, belajar mengajar terpaksa harus ditunda sementara waktu hingga situasi benar-benar dinyatakan kondusif.
“Anak-anak pasti senang berada di sekolah, karena mereka bisa berinteraksi bersama teman dan para guru. Materi pembelajaran yang diberikan pun jauh lebih mudah mereka pahami saat belajar bersama di sekolah. Namun karena musibah ini, terpaksa mereka harus belajar di rumah sementara waktu. Saya minta anak-anak tetap semangat, belajar mandiri dan terus berdoa agar bencana ini bisa segera berlalu,” pesan Norhaini, Selasa (22/11/2022).
Mengingat tidak lama lagi memasuki ujian semester, Norhaini berpesan kepada Pemerintah Kota (Pemko), khususnya Dinas Pendidikan Palangka Raya, agar dapat memberikan pendampingan belajar bagi anak-anak yang libur sekolah karena terdampak banjir, dengan begitu mereka tidak ketinggalan satupun materi pembelajaran.
“Saya harap hal ini bisa menjadi perhatian dinas terkait. Mungkin bisa mencobanya dengan sistem daring seperti saat pandemi Covid-19 untuk sementara waktu. Dengan begitu mereka tidak akan tertinggal mata pembelajaran. Jangan sampai bencana ini mempengaruhi prestasi mereka dalam dunia pendidikan,”ujar Norhaini.
Tak kalah penting, lanjutnya, pendampingan psikososial dan trauma healing bagi anak-anak. Bagaimana bencana ini menimbulkan kerugian secara materi, ancaman penyakit akibat air yang kotor, orang tua yang kesulitan bekerja hingga tidak memiliki kesempatan untuk bermain layaknya anak-anak, sedikit banyak menurutnya hal tersebut dapat memberikan efek trauma.
“Berbagai pendampingan harus terus disertakan dalam upaya penanganan kebencanaan, khususnya bagi kalangan anak-anak. Dengan begitu, mereka bisa kembali pada tatanan kehidupan yang baik pasca bencana ini berakhir,” tutup Norhaini. (pra)