Pasar Kripto Panik! Bitcoin Anjlok Pasca Pengumuman Cadangan Strategis AS
KALTENG.CO- Pengumuman cadangan Bitcoin AS tanpa pembelian baru picu aksi jual besar-besaran. Harga Bitcoin dan altcoin anjlok, investor tarik dana dari ETF.
Keputusan Presiden AS, Donald Trump, untuk membentuk cadangan strategis Bitcoin tanpa rencana pembelian baru memicu aksi jual besar-besaran di pasar kripto. Investor yang sebelumnya berharap ada pembelian masif merasa kecewa, menyebabkan harga Bitcoin (BTC) dan altcoin lainnya turun drastis.
“Bitcoin jatuh tajam setelah Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif untuk mendirikan cadangan strategis BTC,” tulis analis The Kobeissi Letter.
Sejak pengumuman cadangan Bitcoin AS pada 7 Maret 2025, harga Bitcoin (BTC) turun dari USD 92.790 ke USD 84.700 (sekitar Rp 1,37 miliar, asumsi 1 USD = Rp 16.200). Pasar sebelumnya berharap pemerintah akan membeli Bitcoin baru menggunakan dana dari Departemen Keuangan atau anggaran negara.
Namun, penasihat kripto Gedung Putih, David Sacks, menegaskan bahwa cadangan ini hanya akan berisi BTC yang sudah dimiliki pemerintah dari hasil penyitaan kasus kriminal. “Cadangan ini akan didanai dengan Bitcoin yang telah disita pemerintah dalam kasus kriminal atau perdata. Ini berarti tidak akan membebani pajak rakyat,” jelas Sacks.
Kebijakan ini menghilangkan potensi arus modal baru ke pasar Bitcoin, sehingga menyebabkan aksi jual besar-besaran. “Tidak ada penjelasan bagaimana cadangan ini akan didanai selain dari Bitcoin yang sudah dimiliki pemerintah. Ini hanya janji untuk tidak menjual apa yang mereka punya,” tambah analis Kobeissi Letter.
Bitcoin bukan satu-satunya korban kejatuhan pasar ini. Beberapa altcoin utama juga mengalami penurunan besar, termasuk XRP, Dogecoin (DOGE), dan Cardano (ADA) turun 9% dalam 24 jam. Solana (SOL) turun 5%, dan Ethereum (ETH) ikut melemah setelah sebelumnya naik.
Sebelumnya, ada harapan bahwa beberapa altcoin ini akan dimasukkan dalam cadangan kripto strategis AS. Namun, setelah pengumuman Trump, harapan tersebut langsung pupus. “Pasar kecewa karena tidak ada tekanan beli baru dari pemerintah untuk XRP, ADA, atau SOL,” ujar analis di Cointelegraph. Bahkan Dogecoin, yang sebelumnya naik 12% karena rumor ETF Dogecoin, langsung kembali turun.
Selain aksi jual langsung di pasar kripto, investor juga menarik dana mereka dari Bitcoin ETF dalam jumlah besar. Dalam dua minggu terakhir, Bitcoin ETF mengalami arus keluar sebesar USD 3,87 miliar. Pada 25 Februari, terjadi penarikan USD 1,14 miliar, yang merupakan rekor arus keluar satu hari terbesar sejak ETF Bitcoin diperkenalkan.
Menurut laporan dari Alva, salah satu firma analisis kripto, investor semakin ragu dengan masa depan desentralisasi Bitcoin setelah kebijakan Trump. “Investor khawatir bahwa pemerintah akan memiliki kendali lebih besar atas Bitcoin, yang bertentangan dengan prinsip desentralisasi. Fidelity dan ARK mengalami arus keluar besar karena kekhawatiran ini,” kata analis Alva.
Para analis kini memperingatkan bahwa jika Bitcoin tidak bisa bertahan di atas level USD 85.550 (garis tren EMA 200 hari), maka ada kemungkinan harga akan turun lebih dalam. “Jika BTC gagal bertahan di atas EMA 200, kita bisa melihat harga jatuh ke level USD 81.500 hingga USD 78.200 dalam beberapa hari ke depan,” ujar Daan Crypto Trades, seorang trader terkenal.
Namun, ada dua skenario utama yang bisa terjadi ke depan. Pertama, tentu saja skenario Bullish. Ini bisa terjadi jika BTC bisa menembus resistance di USD 92.800 hingga USD 94.000, maka harga bisa naik kembali ke USD 100.000. Skenario kedua, bearish.
Akan terjadi jika BTC jatuh di bawah EMA 200, maka bisa turun ke USD 78.200, level terendah sejak 28 Februari.
Saat ini, pasar masih menunggu hasil dari Crypto Summit Gedung Putih yang akan digelar Jumat 7 Maret 2025 malam waktu Indonesia. (*/tur)




