PENDIDIKAN

Dosen Jurusan Kehutanan UPR Dampingi Kelompok Usaha Kerajinan

PALANGKA RAYA, kalteng.co – Dosen Fakultas Pertanian (Faperta) Jurusan Kehutanan Universitas Palangka Raya (UPR) melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi UPR. Yaitu pengabdian kepada masyarakat dengan Program Dosen Pendamping Wirausaha Masyarakat (PDPWM).

Program dengan judul ‘Pengabdian Kepada Masyarakat adalah Pelatihan dan Pendampingan Teknik Membentuk Huruf pada Anyaman Rotan’ di laksanakan di Kelompok Usaha Mikro Kerajinan Jawet Itah, Jalan Kecipir, Kelurahan Panarung, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Di selengggarakan sejak Agustus sampai awal November 2021, dana kegiatan ini bersumber dari DIPA- PNBP 2021 UPR. Sementara Tim Dosen yang terlibat Ir. Yusintha Tanduh, M.P., Ir. Nursiah, M.P., Dr. Reni Rahmawati, S.Hut, M.P. dan Ir. Elita, M.Si. Juga di bantu dua mahasiswa Jurusan Kehutanan UPR.

Berita Terkait…..Marcos Tuwan Laporkan Rektor UPR

“Kita sudah mengenal dan mempelajari  tentang  huruf dalam berbagai bentuk tulis yang umumnya di lakukan dengan cara menulis pada media kertas, kain, papan tulis, kayu/dinding, elektronik (komputer, HP), alat yang di gunakan umumnya pensil, pulpen (ball point), kapur tulis (chalk), spidol (marker), kuas, canting dan lain-lain,” kata Ketua Tim Pelaksana LPPM UPR, Ir. Yusintha Tanduh, M.P.  

https://kalteng.co https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Menurutnya, membentuk huruf pada media lain seperti anyaman rotan tidak sama, tentu memerlukan  teknik tersendiri, keahlian dan ketelatenan. Alat dan bahan yang di gunakan juga berbeda. Dalam hal ini menggunakan bambu yang sudah di beri pewarna dan pisau kecil yang di sebut langgei. 

“Teknik sisip pada anyaman rotan dengan bahan utama bambu dan pewarna cat minyak memerlukan ketelatenan dan keuletan, serta jiwa  seni tersendiri. Produk ini bisa sebagai buah tangan, hadiah, cenderamata dan lain-lain,” ucapnya.

Ia menjelaskan, Kelompok Usaha Mikro Kerajinan Jawet Itah sudah memulai usahanya sejak 2012 dan sudah mampu menganyam rotan dengan berbagai bentuk produk, seperti tas dan tikar.

Kelompok ini, lanjutnya, terdiri dari ibu-ibu dan pemudi dengan penghasilan yang sebagian besar mengandalkan dari hasil kerajinan yang terjual. Kelompok usaha ini belum ada keahlian untuk mengaplikasikan tulisan pada anyaman rotan menjadi  karya seni yang indah, unik dan khas.

Adanya pesanan untuk event-event  tertentu (seperti  seminar, pertemuan, loka karya buah tangan/suvenir dan lain-lain) yang menginginkan sesuatu yang khas pada anyaman  rotan (seperti nama atau tulisan kegiatan yang di laksanakan) menjadi nilai tambah tersendiri bagi perajin.

Namun pesanan tersebut tidak bisa mereka kerjakan, mereka hanya mampu menjual produk yang belum ada sentuhan tambahan seni hiasnya. Untuk selanjutnya mereka akan melibatkan pihak ketiga. Yakni pengrajin lain di Kabupaten Pulang Pisau untuk mengerjakannya. Sehingga keuntungan yang di peroleh pun berkurang.  

Ir. Yusintha Tanduh, M.P. mengatakan, melihat latar belakang ini, maka program kerja/pengabdian yang di laksanakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan melakukan demontrasi/pelatihan langsung setiap tahapan proses membentuk masing-masing huruf, serta pendampingan selama pelatihan hingga anggota mampu menyelesaikan. Dan mampu menghasilkan produk suvenir dalam bentuk tulisan yang di aplikasikan pada tas, bantal kursi, pigura dan menyesuaikan keinginan pemesan.

“Melalui transfer ilmu pengetahuan, pelaksanaan pelatihan dan pendampingan yang kami lakukan, dapat peningkatan  keterampilan sehingga menghasilkan berbagai bentuk tulisan pada anyaman rotan. Jika implementasi  kegiatan berhasil di laksanakan maka ada banyak pihak yang memperoleh manfaat. Perajin yang terlibat akan memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk meningkatkan nilai jual,” ungkapnya.

“Terimakasih juga kepada LPPM UPR yang telah memberikan alokasi dana untuk kegiatan ini,” tandasnya. (aza)

Related Articles

Back to top button