Pemerintah Kabupaten Katingan sedang mengusulkan pembentukan Taman Hutan Raya (Tahura). Lokasinya ditetapkan di Bukit Bala, Desa Tumbang Manggo, Kecamatan Sanaman Mantikei. Untuk melihat secara langsung lokasi itu, Bupati Katingan Sakariyas bersama rombongan melakukan ekspedisi. Penulis (Kalteng Pos) ikut serta dalam rombongan itu.
JERI SP, Kasongan
KEGIATAN ekspedisi ke Bukit Bala sebenarnya dilakukan Minggu lalu. Namun karena adanya banjir musiman di wilayah hulu, sehingga ditunda pelaksanaannya ke hari Selasa (21/7). Sebelumnya saya (penulis) tidak berencana ikut kegiatan ini. Namun, ketika bertemu dengan Bupati Katingan Sakariyas di kediamannya pada Minggu malam, beliau mengajak saya untuk ikut serta.
“Hari Selasa ikut ya kita ke Bukit Bala, sambil olahraga saja,” kata bupati saat itu. Tanpa pikir panjang, saya pun langsung menyetujui. Selasa pagi sekitar pukul 06.00 WIB, saya bergegas ke kediaman bupati. Sesampai dirumah orang nomor satu di Katingan itu, saya ditawarkan minuman madu bercampur jamu.
“Ini jamu anti-covid. Dicampur dengan madu. Untuk jaga stamina kita,” kata bupati sambil meracik sendiri jamu itu untuk saya.
Setelah berbagai persiapan, sekitar pukul 07.30 WIB rombongan pun siap berangkat. Menuju Desa Tumbang Manggo dengan menumpangi mobil. Kurang lebih dua jam perjalanan, kami pun sampai di desa itu. Beristirahat sejenak di Guest House milik perusahaan HPH PT Dwima. Setelah itu, barulah kami berangkat menuju Bukit Bala. Jarak tempuh kurang lebih setengah jam. Sesampai di lokasi, jarum jam menunjukkan pukul 11.00 WIB. Begitu rombongan kumpul di kaki bukit, pendakian bukit yang tingginya sekitar 400 meter itu pun dimulai. Bukit Bala ini memang tidak terlalu tinggi. Namun tanjakannya cukup menguras tenaga. Membuat napas ngos-ngosan. Beberapa kali saya harus istirahat. Untungnya jalur pendakian tak terkena langsung sinar matahari karena terlindung oleh pohon-pohon besar. Hutannya tak pernah disentuh alias masih perawan. Di tempat itu tumbuh berbagai jenis pohon. Ada yang ukurannya besar dengan diameternya 3 hingga 4 meter.
“Ini memang tidak pernah disentuh. Ini (hutan, red) masih asli dan betul-betul terjaga,” kata Manajer Perusahaan PT Dwima Harsono ketika kami beristirahat di tengah pendakian.
Pendakian dilanjutkan. Saya ditemani Kepala Dinas PUPR Kabupaten Katingan Christian Rain. Sementara rombongan Bupati Katingan Sakariyas yang terlebih dahulu naik, sudah tak terlihat lagi. Walaupun terasa lelah dan kaki terasa berat melangkah, tapi saya tetap semangat untuk mencapai puncak bukit. Bulir-bulir keringat berjatuhan. Tak sedikit dari rombongan kami memilih balik kanan. Kembali ke kaki bukit. Tak sanggup melanjutkan pendakian. Setelah berjuang selama kurang lebih satu jam, akhirnya saya bisa mencapai puncak Bukit Bala. Rasa lelah pun hilang seketika.
“Salut bisa sampai ke puncak,” kata Kabag Pemerintahan Setda Katingan Deddy Ferras kepada saya.
Setelah istirahat sejenak, sejumlah wartawan yang ikut pendakian langsung mewawancarai bupati. Dijelaskan bupati, luas Bukit Bala sekitar 2.800 hektare (ha). Kawasan itu yang akan dijadikan Tahura. Pemkab ingin membuktikan kepada dunia luar bahwa Katingan merupakan konservasi untuk Borneo.
“Saya sangat senang sekali, hari ini (Selasa, red) kita bisa bersama-sama melihat langsung bukit ini. Sangat luar biasa. Ini pertama saya ke sini. Hutan yang sangat asli. Silakan masyarakat dari mana saja untuk datang melihat langsung hutan ini,” ucap Sakariyas.
Bupati berharap ke depannya Bukit Bala dijadikan objek wisata. Apalagi akses menuju lokasi pun tak jauh. Setelah puas menikmati keindahan alam di bukit itu, rombongan pun turun ke kaki bukit melewati jalan yang sama. Saat turun, perjalanan terasa lebih cepat. Dari Bukit Bala, rombongan bergegas ke Bukit Kecubung. Lokasinya sangat jauh. Di tempat itu tak banyak yang kami lakukan. Hanya sekadar melihat pohon Ulin. Kemudian rombongan kembali ke Kasongan dan tiba pukul 20.30 WIB. (*/ce/ala)