DPRD KOTAWARINGIN TIMURKabar DaerahLEGISLATIF

Pemkab Kotim Didorong Tinggalkan Sistem Lama, Pengelolaan Sampah Berbasis Teknologi Jadi Solusi Baru

SAMPIT, Kalteng.co – Upaya penanganan sampah di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memasuki babak baru. Pemerintah daerah didorong untuk segera meninggalkan sistem konvensional “ngumpul–angkut–buang” dan beralih ke pola pengelolaan modern berbasis teknologi.

Dorongan ini datang dari Komisi II DPRD Kotim, yang menilai bahwa daerah tak bisa terus mengandalkan metode lama sementara tumpukan sampah kian mengkhawatirkan. Menurut mereka, penerapan teknologi pemilah dan daur ulang seperti yang dilakukan Kabupaten Seruyan bisa menjadi solusi konkret.

Anggota Komisi II DPRD Kotim, Zainuddin, mengatakan bahwa pengelolaan sampah modern bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak agar Kotim tidak tertinggal.

“Seruyan sudah menggunakan mesin pemilah yang mampu memisahkan sampah plastik dan organik. Dari situ dihasilkan pupuk dan bahan daur ulang. Di Kotim, kita masih membuang sampah dalam bentuk mentah,” ujarnya dalam rapat pembahasan RAPBD 2026 bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim, Rabu (22/10/2025).

Zainuddin menjelaskan, investasi untuk teknologi pengolahan sampah sebenarnya cukup terjangkau, dengan harga mesin berkisar Rp100 juta hingga Rp400 juta tergantung kapasitas. Menurutnya, biaya tersebut sebanding dengan manfaat jangka panjang berupa lingkungan yang lebih bersih dan efisiensi anggaran pengelolaan.

Selain teknologi, ia juga menyoroti dampak sosial akibat lokasi depo sampah yang terlalu dekat dengan permukiman dan sekolah. Kondisi ini, kata dia, menimbulkan bau tak sedap dan keluhan masyarakat.

“Kalau depo ditutup tanpa solusi, sampah akan menumpuk di lingkungan warga. Jadi sistemnya harus cepat, terintegrasi, dan ramah lingkungan,” tegasnya.

Anggota Komisi II lainnya, Pardamean Gultom, menambahkan bahwa penanganan sampah bukan semata tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama.

“Kesadaran masyarakat menjadi faktor utama. Semua pihak harus ikut mengurangi dan mengelola sampah sejak dari sumbernya,” katanya.

Sementara itu, Kepala DLH Kotim, Marjuki, mengakui bahwa sistem lama sudah tidak efektif lagi. Pihaknya kini mulai menerapkan konsep TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan fokus mengurangi volume sampah sejak di rumah tangga.

“Kami ingin yang masuk ke TPA hanya residu akhir. Pengelolaan kini diarahkan agar berjalan 24 jam di depo besar,” jelasnya.

DLH juga tengah memperbanyak Bank Sampah dan memperkuat partisipasi masyarakat dalam daur ulang berbasis ekonomi sirkular.

“Kami ingin Kotim bersih bukan hanya karena sampahnya diangkut, tapi karena benar-benar dikelola dan memberi nilai ekonomi bagi warga,” pungkasnya. (oiq)

EDITOR: TOPAN

Related Articles

Back to top button