BeritaMETROPOLISNASIONALTechnoUtama

Belum Akrab dengan Istilah SKEM dan LTHE, Begini Cara Pelaku UMKM di Kota Palangka Raya Menghemat Biaya Listrik

Jurnalis: Maturidi *

Menemukan Solusi Hemat Energi Ramah UMKM: Pengalaman Toko Roti Raja dan Rumah Makan Hikmah Estu

Ismoyo (52) salah seorang pelaku UMKM di kawasan wisata kuliner Kota Palangka Raya mengaku, belum memahami sepenuhnya dengan peralatan-peralatan elektronik dengan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) maupun yang memiliki Label Tanda Hemat Energi (LTHE).

https://kalteng.co

Tetapi, ujarnya, untuk prinsip-prinsip efisiensi dalam penggunaan energi listrik di rumah makan yang dikelolanya, sebenarnya sudah diterapkan sejak awal.

https://kalteng.cohttps://kalteng.co

“Dengan cara mempergunakan peralatan elektronik seperti kulkas, AC maupun lampu seperlunya saja, biaya yang dipergunakan untuk pembayaran token listrik tentu lebih hemat,”ungkap pemilik rumah makan Hikmah Estu di kawasan Kompleks wisata kuliner Jalan Yos Sudarso yang sudah beroperasi sejak 2015 lalu ini.

Ditambahkannya, sejauh ini peralatan elektronik yang dipergunakan sehari-hari dalam usaha kulinernya ini, masih dalam kondisi bagus. Sehingga belum ada niatan untuk menggantikannya dengan peralatan baru yang dianggap lebih hemat energi atau sesuai standar SKEM dan LTHE.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co
Toko roti yang merupakan salah satu pelaku UMKM di Kota Palangka Raya. FOTO: KALTENG.CO/TUR

“Lagipula tentu butuh biaya besar apabila dengan serta merta menggantikan peralatan yang sudah ada saat ini, dengan peralatan baru, meskipun lebih hemat energi,”tukas Ismo.

Penggunaan peralatan elektronik hemat listrik dalam proses produksi juga diterapkan oleh toko Roti Raja. Salah satu pioner toko roti modern di Jalan Ahmad Yani Kota Palangka Raya ini, sudah beroperasi sejak tahun 2007.

Toko roti yang berada di bawah perusahaan dengan brand Raja Indonesia ini mempunyai tiga cabang di Kalteng, yakni di Palangka Raya, Sampit dan Pangkalan Bun.

Frengky (37) manajer toko Roti Raja Cabang Palangka Raya menyebutkan, kebutuhan listrik paling banyak untuk memproduksi roti adalah berasal dari penggunaan mixer untuk mengolah adonan dan oven.

Dikatakannya, untuk mixer maupun oven yang dipergunakan dalam memproduksi roti, semuanya masih produk luar negeri. Hal ini karena belum banyak tersedianya di pasaran, produk elektronik seperti mixer maupun oven dari brand-brand lokal yang mampu memproduksi dalam kapasitas besar.

Meski demikian, ujar Frengky, pihaknya dalam memilih peralatan produksi dari brand luar negeri sebenarnya juga tetap mempertimbangkan kemampuannya dalam mengefisiensi biaya produksi.

Ia menyebutkan pengalaman saat mixer made in Taiwan yang semula dipergunakan saat pertama kali toko Roti Raja rusak pada tahun 2015 lalu, kemudian digantikan dengan mixer brand lain yang juga berasal dari luar negeri, tetapi secara teknologi lebih hemat listrik.

“Dengan produk mixer yang lebih hemat listrik, ternyata mampu menekan biaya produksi hingga hampir 50 persen, dari semula Rp 2 juta-an yang biasanya harus dikeluarkan untuk biaya listrik bulanan, bisa hemat jadi sekitar Rp1 juta-an saja,”ungkap Frengky seraya menambahkan rerata harian jumlah tepung yang diolah menjadi adonan roti berkisar antara 1 hingga 2 saks atau 25 hingga 50 kilogram.

Lebih lanjut dikatakannya, efisiensi dalam produksi roti juga diperoleh dari penggunaan oven. Dalam hal ini oven yang digunakan sudah mengkombinasikan antara pemanasan dengan gas elpiji dan energi listrik.

“Saat ini untuk satu tabung gas elpiji 12 Kg yang digabungkan dengan listrik untuk dua buah lemari oven, dalam seminggu hanya dibutuhkan satu tabung, padahal jika tanpa listrik, kebutuhan tabung gas elpiji 12 Kg per dua harinya bisa habis sampai satu tabung,”pungkas Frengky.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button