AKHIR PEKANBeritaNASIONALUtama

Harga Beras SPHP di Pasaran Mahal, Ombudsman RI Menduga Ada Praktik Nakal Oknum Pedagang, Ini Modusnya!

KALTENG.CO-Upaya pemerintah melalui Bulog yang menggelontorkan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) ke pasaran, ternyata tidak mampu membuat harga beras stabil.

Sejak awal Ramadhan lalu, harga beras di pasaran cenderung tidak turun, bahkan boleh jadi akan mengalami kenaikan seiring dengan mendekati hari Raya Idul Fitri 1445H.

Fenomena ini memunculkan dugaan bahwa ada oknum-oknum pedagang yang melakukan praktik curang. Dengan modus mengemas beras SPHP menjadi beras komersial.

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengatakan, pihaknya memiliki sejumlah dugaan kenapa harga beras masih mahal. Padahal Bulog sudah menggelontorkan ratusan ribu ton beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP).

Salah satu dugaan adalah kemungkinan penyalahgunaan beras SPHP, yang seharusnya dijual kepada masyarakat kurang mampu, tetapi dikemas ulang sebagai beras komersial dan dijual tak sesuai instruksi pemerintah.

https://kalteng.co https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

”Karena kami tidak pernah mengawasi (harga beras) di pasar, di ritel, di konsumen, itu seperti apa,” kata Yeka seperti dilansir, Sabtu (16/3/2024).

Ia menambahkan, perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui apakah beras SPHP benar-benar didistribusikan tepat sasaran. Beras SPHP merupakan program pemerintah yang digulirkan melalui Perum Bulog sejak 2023 untuk menjaga stabilitas pasokan beras di pasaran. Hal itu untuk menekan kenaikan harga beras agar terjangkau bagi masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah.

Beras SPHP berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog. Dikemas dalam bentuk kemasan curah 5 kg. Harganya cenderung lebih murah dibandingkan beras-beras jenis lain di pasaran.

Dugaan kedua mengapa harga beras hingga saat ini masih belum turun, menurut Yeka, ada kemungkinan gangguan produksi beras dalam negeri.

”Produksi yang bermasalah atau memang ada penyelewengan di dalam penyaluran beras SPHP,” ujar Yeka.

Yeka juga menyoroti kemasan karung beras Bulog SPHP yang ternyata sama persis seperti beras komersial. Padahal kualitas kedua beras tersebut tidak jauh berbeda. Hal itu ditemukan saat melakukan inspeksi ke Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat (15/3/2024).

”Kelihatan karung beras SPHP dan beras komersial tak jauh beda, jadi ini saran buat Bulog ya agar kemasannya dibedakan,” tutur Yeka.

Menurut catatan Badan Pangan Nasional, beras SPHP 2024 dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia dalam bentuk curah dan kemasan 5 kg dengan harga yang beragam. Harga di Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi, sebesar Rp 10.900 per kg.

Zona 2 meliputi Sumatera (selain Lampung dan Sumatera Selatan), NTT, dan Kalimantan sebesar Rp 11.500 per kg. Zona 3 yang mencakup Maluku dan Papua adalah Rp 11.800 per kg.

Masyarakat bisa mendapatkan beras SPHP di pasar tradisional, ritel modern, outlet Perum Bulog, pemerintah daerah, dan toko-toko lain yang menjadi mitra Perum Bulog.

Badan Pangan Nasional mengatakan rencana penyaluran beras SPHP sepanjang 2024 diperkirakan mencapai 1,2 juta ton. Hal Itu untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan serta mengendalikan inflasi. (*/tur)

Related Articles

Back to top button