Ini Tiga Faktor Penyebab Utama Penggunaan Narkoba
PALANGKA RAYA, Kalteng.co – Psikiater Sub Spesialis Adiksi di RSJ Kalawa Atei, Firdaus Yamani mengungkapkan, pekerja di sektor sawit dan tambang menjadi kelompok yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba.
Ada tiga faktor utama yang menjadi penyebab maraknya penggunaan narkoba di kalangan pekerja sektor ini, yaitu stres, tuntutan pekerjaan, dan pergaulan.
Firdaus menjelaskan, stres menjadi pemicu utama berdasarkan pengalaman dari pasien yang saat ini menjalani rehabilitasi.
“Masalah dalam kehidupan sehari-hari membuat korban menyalahgunakan narkoba untuk menghindari rasa cemas dan depresi, serta mencari kebahagiaan instan,” katanya, Rabu (16/10/2024).
Faktor kedua adalah tekanan dari pekerjaan yang menuntut kondisi fisik prima dan semangat tinggi. Banyak pekerja yang merasa perlu menggunakan narkoba untuk tetap bugar dalam menghadapi tuntutan pekerjaan yang berat.
Faktor terakhir adalah pergaulan, terutama bagi remaja yang masih belum memiliki kematangan berpikir.
“Remaja cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan teman sebaya, dan kondisi pikiran yang belum matang membuat mereka tergoda untuk mencoba narkoba,” kata Firdaus.
Ketiga faktor ini, yang lebih berkaitan dengan kondisi psikologis seperti stres, tekanan pekerjaan, dan pengaruh pergaulan menjadi alasan utama meningkatnya penyalahgunaan narkoba.
Ia menjelaskan, penyalahgunaan narkoba dibagi menjadi empat tahapan. Coba-coba, rekreasional, situasional, dan ketergantungan.
Pada tahap rekreasional, pengguna biasanya hanya memakai narkoba dalam acara-acara tertentu. Namun, pada tahap situasional, penggunaan narkoba terjadi karena stres atau tekanan pekerjaan. Tahap paling parah adalah ketergantungan, di mana dosis penggunaan akan terus meningkat seiring waktu.
“Peluang pemulihan pada tahap coba-coba dan rekreasional lebih besar. Namun, jika pengguna sudah berada di tahap situasional atau ketergantungan, peluang untuk pulih menjadi jauh lebih kecil,” bebernya.
Dampak penyalahgunaan narkoba yang terus berlanjut dapat merusak kondisi fisik dan mental korban. Penggunaan sabu, misalnya, dapat menyebabkan paranoia hingga gangguan jiwa.
Sementara itu, risiko kematian juga meningkat, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit penyerta, seperti jantung, karena narkoba jenis sabu dapat mempercepat denyut jantung.
Firdaus menambahkan, sosialisasi tentang bahaya narkoba harus terus digalakkan, terutama melalui media sosial yang mudah diakses.
“Sosialisasi harus ditujukan kepada kelompok rentan, seperti remaja dan pekerja, terutama di sektor sawit dan tambang, karena mereka paling berisiko terjerat penyalahgunaan narkoba,” tegasnya. (oiq)
EDITOR: TOPAN