BeritaKALTENGNASIONALPalangka RayaPEMKO PALANGKA RAYAPEMPROV KALIMANTAN TENGAHRAMADANTAFAKUR RAMADHANUtama

ISTIQAMAH MELESTARIKAN NILAI-NILAI IBADAH PUASA DI ERA VIRTUAL

Oleh:Prof.Dr. H.Mazrur Amberi, MPd, Dosen IAIN Palangka Raya, UMPr dan Bendahara PW Muhammadiyah Kalteng/Khatib Idul Fitri 1 Syawal 1446H/31 Maret 2025 di Lapangan Sanaman Mantikei Palangka Raya, Kalteng

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى. يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ :اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَآاَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

اللهُ أَكْبَرُ  الله أكبر,لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ.

Hadirin, Jama’ah shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Alhamdulillah, dihari yang penuh kebahagiaan ini, mari kita selalu memanjatkan puji dan syukur kehadhirat Ilahi rabbi, Allah SWT., dengan limpahan rahmat dan karuniaNya kita diberikan nikmat yang begitu banyak termasuk nikmat iman, kesehatan, umur panjang sehingga kita dapat menemui hari kemenangan yaitu Idul Fitri 1446 H.

Pada pagi ini umat Islam di berbagai penjuru dunia, juga mengumandangkan takbir dan tahmid sebagai pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung. Ucapan takbir dan tahmid merupakan simbol kemenangan dan  rasa syukur umat manusia setelah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh pada bulan ramadhan. Oleh karena itu, pada hari yang mulia ini, marilah kita curahkan perhatian kita untuk rukuk dan sujud serta mempasrahkan diri kepada Allah SWT. Mudah-mudahan kita senantiasa ada dalam lindungan dan rahmatNya dan dapat melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah ramadhan. Amin.

اللهُ أَكْبَرُ  الله أكبر  
لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ.

Ramadhan yang baru saja kita tinggalkan bukan hanya sekedar bulan penuh ibadah, tetapi juga bulan pendidikan bagi jiwa dan hati kita. Bulan yang mengajarkan kesabaran, kedisiplinan dan empati terhadap sesama. Kalau kita merenungi kembali ibadah puasa yang baru kita laksanakan, maka pada hakekatnya puasa dan ibadah-ibadah Ramadhan lainnya adalah imsak atau “pengendalian diri” dari kecenderungan-kecenderungan negatif dalam diri.

Kita harus dapat mengendalikan diri karena hal itu adalah bagian dari konsekuensi dari penciptaan manusia. Setiap manusia memiliki dua macam dorongan dalam dirinya, yaitu dorongan hidayah ke  arah yang kebenaran dan kebaikan, dan dorongan hawa nafsu kepada kebatilan dan keburukan, dorongan kejahatan dan ketakwaan. Dalam Alqur’an surat Ash Shams ayat 8 :

“فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا”
Artinya : maka  Dia mengilhamkan kepada (jalan) kejahatan dan ketakwaannya.

Pilihan ini termasuk problema mendasar yang dihadapi manusia yaitu memilih antara dua kutub yang bertentangan kejahatan dan ketakwaan. Problema ambivalensi diri ini,  yakni problema dua kecenderungan yang bertentangan sehingga manusia sering berada di persimpangan jalan kehidupan kebenaran dan kebaikan dengan kebathilan dan keburukan, kejahatan dan ketakwaan.Oleh karena itu dalam puasa kita dilatih untuk Imsak, yaitu melatih manusia berkemampuan mengatasi problema ambivalensi diri dengan memenangkan kecenderungan positif atas kecenderungan negatif.

Keberhasilan seorang manusia mengatasi problema ini akan membawa dia kepada fitrah kemanusiaan sejati, yaitu kepribadian paripurna yang penuh dihiasi oleh budi mulia, yaitu manusia yang muttaqien. Sebaliknya, kegagalannya akan mendorong manusia terjatuh ketitik nadir dari kemanusiaanya, yaitu ketika diri menjadi hina karena diliputi oleh segala dosa dan nista.

الله أكبر الله أكبر  ,اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Puasa (ramadhan) merupakan ibadah untuk melakukan penguatan (revitalisasi iman), penguatan spiritual, penguatan kemanusiaan agar kita bisa meraih derajat yang paling mulia, yaitu takwa/terpelihara. Bulan ramadhan adalah bulan pembebasan. Pembebasan diri dari syirik, dari cengkeraman hawa nafsu, dari dengki, dari kesombongan, dari kesewenang-wenangan, dan berbagai ketidakjujuran.

Jadi puasa dengan segala rangkaian merupakan usaha dan proses penguatan kualitas kemanusiaan seorang muslim agar tetap memiliki martabat yang tinggi dan kekuatan untuk menghadapi godaan dan tantangan hidup. Setiap tahun seorang mukmin harus melakukan penguatan kemanusiaan, melakukan revitalisasi kemanusiaan dan pembebasan  diri dari egoisme, kerakusan dan kemusyrikan, paling sedikit satu bulan dalam setahun. Dengan selalu melakukan penguatan iman itu diharapkan kualitas kemanusiaan seorang muslim akan terpelihara bahkan bisa ditingkatkan, agar mampu melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan dan kekhalifahan.

الله أكبر الله أكبر  ,اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Kita baru saja melewati bulan yang penuh rahmah dan ampunan, bulan penuh berkah, yaitu satu bulan dari 12 bulan dalam setahun, dimana kita melaksanakan ibadah puasa. Pada siang hari kita berpuasa, di malam hari kita melaksanakan shalat tarawih dan berbagai ibadah lainnya.

Ibadah puasa ramadhan yang baru saja kita laksanakan bukan hanya sekedar ibadah fisik menahan lapar dan haus, namun ibadah yang penuh dengan nilai-nilai pendidikan. Kita dilatih untuk mengendalikan diri dari berbagai sifat buruk, dan dilatih untuk selalu melaksanakan yang ma’ruf sehingga diharapkan dapat menjadi muttaqien yaitu orang yang bertakwa sebagaimana tujuan puasa yang terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Manusia muttaqien adalah manusia yang siap menghadapi kehidupan ini dengan berbagai masalahnya, terlebih pada masa sekarang ini kita sekarang berada di era virtual. Kita berada pada satu periode dimana teknologi digital, internet dan dunia virtual (maya) menjadi bagian penting yang selalu kita gunakan dalam kehidupan kita. Di era virtual ini banyak aktivitas yang sebelumnya dilakukan secara langsung kini bisa dilakukan secara daring (online) melalui berbagai perangkat yang sudah tersedia.

Di satu sisi kemajuan teknologi dan informasi yang kita gunakan  memiliki berbagai keuntungan dan kemudahan yang luar biasanya banyaknya, namun disisi lain juga dapat membawa kerugian jika kita belum siap  untuk menghadapinya.

Di era virtual ini perubahan berjalan dengan cepat termasuk dalam bidang sosial budaya. Hal ini terlihat dengan adanya perkembangan teknologi internet yang tidak hanya mempermudah akses informasi dan komunikasi tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam pola komunikasi dan informasi, interaksi sosial bahkan cara memahami dan menjalankan ajaran agama.

Pada era ini manusia tidak lagi bergantung pada cara-cara konvensional dalam berkomunikasi, bekerja atau mencari ilmu pengetahuan, namun sudah menggunakan berbagai perangkat digitalisasi. Media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Komunikasi dari satu tempat ke tempat lainnya, satu orang dengan lainnya tidak lagi dengan cara konvensional yang harus bertemu dan bertatap muka tapi bisa menggunakan perangkat teknologi dengan berbagai aplikasinya. Namun dibalik kemudahan yang ditawarkan ini juga membawa tantangan besar. Informasi yang beredar didunia maya terkadang tidak semuanya berdasarkan fakta dan data, penjelasan tentang keagamaan juga harus diseleksi dengan kritis sehingga kita tidak mudah menerima dan menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya.

Selain itu juga terjadi perubahan dalam cara manusia bekerja dan beraktivitas. Di era Revolusi industry 5.0 teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi telah berkolaborasi langsung dengan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Kecerdasan buatan seperti robotika, Internet of Things (IoT), berbagai aplikasi Artifisial Intelligent telah banyak menggantikan manusia dalam bekerja dan berfikir.

Di Tengah derasnya arus perubahan ini, umat Islam harus berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman. Kemajuan teknologi tidak boleh menjauhkan kita dari agama, tetapi justru harus dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Al qur’an dan hadits harus tetap menjadi pedoman utama dalam menghadapi perkembangan zaman. Prilaku Islami tetap harus menjadi prioritas.

Sebagai Muslim yang hidup di era modern, kita dituntut untuk cerdas menyikapi perubahan ini. Islam tidak pernah menolak kemajuan, justru mngajarkan untuk menjadi insan yang berkemajuan. Islam mengajarkan untuk mengajarkan bagaimana kemajuan teknologi dapat digunakan untuk kebaikan umat. Teknologi bisa menjadi sarana dakwah, penyebaran ilmu dan peningkatan kesejahteraan umat jika digunakan dengan bijak, namun jika kita terlena dan membiarkan diri hanyut dalam kecanduat digital, maka justru akan kehilangan esensi kehidupan yang sesungguhnya.

Kita harus sadar bahwa kita sedang berada di era virtual, namun kita harus tetap istiqamah atau konsisten dalam melaksanakan nilai-nilai kebaikan terutama apa yang baru kita dapatkan dalam ibadah puasa, karena istiqamal adalah ibadah yang terbaik, sebagaimana dalam sebuah hadits disebutkan

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ…
Artinya:
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus walaupun sedikit.
(HR. Bukhari No. 6465, Muslim No. 782)

Hadis ini menunjukkan bahwa istiqamah dalam ibadah, meskipun sedikit, lebih baik daripada ibadah yang banyak tetapi tidak berkesinambungan atau tidak konsisten. Dalil tersebut memberikan penjelasan bahwa istiqamal adalah ibadah yang sangat baik. Ini berarti bahwa setiap perbuatan kebaikan harus dilaksanakan dengan terus menerus atau istiqamal.

اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ الله أكبر الله أكبر  
Semua nilai-nilai yang kita dapatkan selama melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan hendaknya dapat kita lestarikan dalam menjalani hidup pada bulan-bulan berikutnya. Di era virtual ini banyak yang bisa kita manfaatkan dalam melestarikan nilai-nilai Ramadhan tersebut, diantara bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi secara bijak agar semakin mendukung esensi spiritual dan sosial. Akan disampaikan beberapa cara berikut yang bisa diterapkan:

1. Memperdalam Pemahaman Agama Secara Digital
Pada era virtual ini kajian-kajian keagamaan dalam rangka memperdalam dan memberikan pemahaman tambahan maka bisa melakukan kajian-kajian agama dengan online atau live streaming ceramah Ramadan di platform seperti YouTube, Zoom, atau media sosial sudah sangat banyak dimanfaatkan, sehingga walaupun kita berada di luar bulan Ramadhan, ditengah kesibukan lain pengajian tetap bisa dilaksanakan. Kita juga dapat membaca e-book atau artikel islami tentang Pelajaran agama yang bis akita dapatkan dalam berbagai aplikasi.

2. Memanfaatkan Media Sosial Secara Positif
Media sosial yang banyak diikuti selama ini hendaknya dapat digunakan untuk hal-hal yang positif. Misalnya membagikan konten inspiratif tentang ayat Al-Qur’an, hadis, atau refleksi ibadah dan lain sebagainya. Bukan digunakan untuk menyebarkan berita- berita yang belum jelas kebenarannya. Namun hendaknya bisa menggunakan media sosial yang baik dengan Menghindari ghibah dan berita hoaks. Dalam bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk menjaga pembicaraan atau memberitakan yang tidak benar, atau yang seringkali dikatakan dengan menjaga mulut. Karena sekarang di era virtual maka tidak saja berita melalui mulut tapi juga berita melalui media sosial. Media sosial juga bisa digunakan untuk menyebarkan ajakan berbuat baik, berbagi atau kegiatan sosial lainnya

3. Bersedekah Secara Digital
Salah satu hikmah yang bisa diambiil dari nilai pada ibadah puasa adalah peduli sesama, yaitu dengan merasakan bagaimana orang yang hidup dalam kesusahan, tidak bisa makan dan minum karena tidak ada yang dimakan. Rasa peduli tersebut bisa diwujudkan dengan bersdekah atau berbagi dengan yang memerlukan. Di era virtual ini bisa dilakukan dengan Menggunakan platform donasi online untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan

4. Menjaga Silaturahmi Virtual
Sekarang ini banyak orang yang disibukkan dengan berbagai pekerjaan atau mungkin karena jarak yang jauh, sehingga silaturrahmi seolah terabaikan, padahal silaturrahmi sangat dianjurkan dalam Islam. Di bulan Ramadhan kita sering bersilaturrahmi di masjid, dan mushalla  setelah shalat tarawih berjamaah atau selesai mendengarkan kultum dan sebagainya. Di era virtual ini jika kita tidak bisa langsung bertemu maka bisa menggunakan media online, kita masih bisa mengirimkan pesan atau video ucapan Hari Raya untuk mempererat tali silaturrahmi.

5. Mengontrol Diri dari Godaan Digital
Di antara nilai ibadah puasa lainnya adalah menanamkan sikap disiplin dan sabar untuk melaksanakan perbuatan baik. Penggunaan digital kadang membuat orang lalai dalam menggunakan waktu karena terlalu asik dengan teknologi yang digunakan sehingga tidak disiplin, atau mungkin juga ada berita-berita atau komentar negative yang membuat kita harus bersabar dalam menerimanya dan tidak langsung bereaksi tanpa seleksi terhadap berita tersebut. Ini menunjukkan bahwa teknologi bukan hanya tidak menghalangi esensi puasa, tetapi justru dapat memperkuat nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.
اللهُ أَكْبَرُ  الله أكبر 
لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ.

Di era virtual ini berbagai kemudahan kita dapatkan, Kiranya dapat kita manfaatkan media ini secara bijak  dengan tetap Istiqamah dalam melestarikan nilai puasa di era virtual berarti konsisten dalam menjaga nilai-nilai ibadah puasa meskipun menghadapi berbagai tantangan digital. Istiqamah ini mencakup komitmen untuk tetap menjalankan nilai-nilai ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan menjaga diri dari hal-hal yang bisa mengurangi pahala, terutama di dunia maya.

Hal ini tentunya dilakukan dengan tetap Konsisten dalam Ibadah, menjaga niat dan Kesabaran,  terus belajar dalam memahami ajaran agama, Konsisten dalam Berbagi dan Bersedekah, menjaga Kebersamaan dan Ukhuwah Islamiyah, Kepedulian Sosial dan Berbagi, Menjaga Etika dalam Bermedia Sosial, dan menggunakan Teknologi untuk Kebaikan serta nilai-nilai kebaikan lainnya.

Dengan istiqamah, nilai-nilai puasa bisa tetap terjaga di era virtual, sehingga Ramadan menjadi lebih bermakna dan membawa keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita perlu membangun kesadaran bahwa teknologi adalah alat yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kualitas ibadah, bukan sebagai sarana yang membuat kita semakin jauh dari Allah SWT. Atau mungkin juga semakin jauh dari nilai-nilai kebaikan.

Tapi di era virtual ini hendaknya dapat kita manfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan pengabdian kita kepada Allah SWT sehingga apa yang ditugaskan kepada manusia sebagai hamba yang mengabdi kepada Allah SWT. dapat kita laksanakan dengan sebenarnya dan dapat menjadi manusia yang paling mulia disisi Allah SWT yaitu muttaqien.
الله أكبر الله أكبر  ,اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Untuk mengakhiri khutbah ini, Marilah kita berdo’a memohon kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa. Amin, amin, ya rabbal alamiin

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

“Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizkisesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.”


اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.”

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.”

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
“Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.”

 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
“Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

”Aqulu qauli haza astagfirullahal aziim li walakum
Wassalamu alaikum Wr. Wb.

https://kalteng.co https://kalteng.co https://kalteng.co https://kalteng.co https://kalteng.co https://kalteng.co

Related Articles

Back to top button