BeritaMETROPOLISNASIONALUtama

Panas Terik di Indonesia Bebeberapa Hari Ini, Bukan Dampak Gelombang Panas!  Begini Penjelasan BMKG

KALTENG.CO-Cuaca panas terik yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia beberapa hari belakangan ini, membuat banyak orang menduga-duga sebagai dampak gelombang panas di wilayah Asia, dan ada pula yang menduga sebagai dampak erupsi Gunung Ruang di Manado Sulawesi Utara.

Namun, dugaan-dugaan ini dibantah oleh BMKG. Sebab, cuaca panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia, termasuk di Provinsi Kalteng merupakan bagian dari siklus biasa pergerakan matahari.

Gelombang panas menerpa beberapa negara di Asia Tenggara dan Selatan mulai dari Filipina, Thailand, hingga India. Akibatnya, kematian hingga aturan sekolah dari rumah diberlakukan di wilayah-wilayah tersebut lantaran panas yang tak terbendung. Lantas, bagaimana dengan Indonesia?

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa meskipun cuaca di Indonesia sejak beberapa waktu lalu cukup panas, tetapi tidak ada indikasi gelombang panas menerjang.

“Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini bukan merupakan gelombang panas atau heat wave,” ujar Subbidang Prediksi Cuaca Pusat Meteorologi BMKG Nurul Izzah saat dihubungi, Rabu (1/5/2024).

Ia menerangkan, secara indikator statistik pengamatan suhu, fenomena panas terik di Indonesia tidak termasuk ke dalam kategori gelombang panas.

Menurutnya, secara karateristik gelombang panas umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi. “Dengan syarat terjadi kenaikan suhu mencapai lima derajat lebih tinggi dari suhu rata-rata maksimum harian dalam kurun waktu lima hari berturut-turut atau lebih,” ungkap Izzah.

Adapun panas yang dirasakan belakangan di Indonesia, kata Izzah, merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa.

“Kondisi ini umum terjadi, biasanya pada bulan Maret-Juni dimana posisi matahari yang berada tidak jauh dari ekuator yang sekarang sedang berada di belahan bumi utara (BBU) dan bergerak ke utara,” tuturnya.

Selain itu, kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek) minim pertumbuhan awan dan hujan.

“Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran matahari tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer, sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan dapat terasa terik,” terang Izzah.

“Namun demikian, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi. Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara juga memiliki pengaruh terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini di beberapa wilayah Indonesia,” pungkasnya. (*/tur)

Related Articles

Back to top button