KALTENG.CO-CEO Strike, Jack Mallers, memberikan prediksi mengejutkan terkait masa depan Bitcoin. Ia memperkirakan aset kripto unggulan ini berpotensi “go nuclear” alias melonjak tajam jika pemerintah kembali mencetak uang dalam jumlah besar sebagai respons terhadap gejolak ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump.
Prediksi ini muncul di tengah tekanan pasar yang signifikan setelah langkah-langkah perdagangan Trump menciptakan ketidakpastian baru di kancah ekonomi dunia.
Sebagai informasi, Strike adalah aplikasi populer yang memfasilitasi pembayaran instan dan gratis melalui jaringan Lightning Network Bitcoin.
Mengutip dari Bitcoin.com pada Jumat (11/4), Mallers menyampaikan pandangannya melalui sebuah video. Pernyataan ini muncul tak lama setelah pasar saham Amerika Serikat mengalami penurunan tajam, berkisar antara 2,81% hingga 5,04% pada Kamis, setelah sempat mengalami pemulihan singkat pada Rabu sore.
Pasar kripto pun turut merasakan dampaknya, terkoreksi sebesar 3,54%, dan harga Bitcoin kembali turun di bawah level USD 80.000 atau sekitar Rp 1,31 miliar. Di sisi lain, aset safe-haven seperti emas justru mengalami kenaikan signifikan sebesar 2,58%, diperdagangkan di level USD 3.164 per ons, mengindikasikan bahwa investor mulai mencari perlindungan nilai di tengah ketidakstabilan pasar.
“Bitcoin tidak terikat pada pendapatan seperti saham atau perusahaan. Ini adalah aset langka yang akan dicari saat ketidakpastian meningkat,” tegas Mallers. Ia memberikan saran kepada para pemilik Bitcoin untuk tetap tenang dan tidak panik saat pasar menunjukkan volatilitas. “Pahami apa yang kamu miliki. Pahami kondisi dunia saat ini. Biarkan pasar saham bergejolak dan menemukan arahnya sendiri,” imbuhnya.
Mallers juga menyindir pasar Wall Street yang menurutnya dipenuhi oleh manajer hedge fund yang mudah panik hanya karena koreksi kecil dan langsung meminta bantuan keuangan (bailout). Sebaliknya, ia menilai bahwa kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Trump—meskipun menuai kontroversi—merupakan upaya nyata untuk memperbaiki kondisi ekonomi domestik Amerika Serikat.
“Trump itu serius. Mau suka atau tidak, dia ingin membantu rakyat miskin Amerika. Dia ingin menciptakan lapangan kerja di sektor manufaktur. Dia ingin produksi barang di dalam negeri. Dia ingin menyelesaikan defisit,” ujar Mallers, memberikan perspektifnya mengenai motivasi di balik kebijakan Trump.
Namun, Mallers meyakini bahwa untuk mewujudkan ambisi tersebut, pemerintah Amerika Serikat kemungkinan besar akan kembali mengambil langkah kontroversial, yaitu mencetak uang dalam jumlah besar. Dan inilah yang menurutnya akan menjadi katalisator utama bagi ledakan harga Bitcoin.
“Untuk semua ini berjalan, kita harus mendevaluasi mata uang, kita harus mencetak uang lagi. Ini akan membuat Bitcoin meledak,” prediksinya dengan nada yakin.
Mallers menekankan bahwa pergerakan harga Bitcoin sangat bergantung pada seberapa banyak uang fiat yang beredar di dunia. Semakin banyak pemerintah mencetak uang, semakin tinggi potensi Bitcoin untuk meroket, mengingat sifatnya yang langka dan tidak dapat diproduksi ulang seenaknya.
Dengan tren inflasi yang menunjukkan penurunan namun masih jauh dari target bank sentral, serta tekanan ekonomi yang timbul akibat kebijakan perdagangan global, kemungkinan negara-negara besar akan kembali menggunakan jurus lama, yaitu menambah pasokan uang, semakin besar.
Jika skenario ini benar-benar terjadi, Jack Mallers percaya bahwa Bitcoin akan menjadi salah satu aset yang paling diuntungkan. (*/tur)