BeritaNASIONAL

Waspada Dai ‘Dadakan’! Ini Langkah Kemenag Lahirkan Ulama yang Punya Sanad Ilmu Jelas

KALTENG.CO-Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia terus menunjukkan komitmen serius dalam menjaga kualitas dan kompetensi para penyampai pesan-pesan keagamaan atau dai.

Upaya sistematis melalui program kaderisasi ulama dan dai ini menjadi sorotan utama, terutama di tengah maraknya fenomena individu yang mengaku sebagai pendakwah namun memiliki latar belakang dan pemahaman ilmu agama yang dipertanyakan.

Pentingnya langkah ini ditekankan oleh Staf Khusus Menteri Agama, Ismail Cawidu, yang menyoroti isu tersebut. “Sekarang banyak yang mengaku dai tetapi pemahaman (agamanya kurang),” kata Ismail saat paparan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadits (STQH) Nasional XXVIII di Jakarta (7/10/2025).

Pentingnya Sanad Ilmu untuk Otoritas Keagamaan

Fokus utama Kemenag adalah memastikan bahwa para dai yang tampil di tengah masyarakat adalah mereka yang benar-benar memahami ilmu agama dengan rujukan yang jelas, atau dikenal sebagai sanad ilmu yang bersambung. Sanad atau rujukan ilmu merupakan mata rantai transmisi keilmuan yang valid, yang menjadi penjamin keaslian dan otoritas ajaran agama dari generasi ke generasi, hingga bersambung kepada Rasulullah SAW.

Ketiadaan sanad yang jelas pada seorang dai dapat berisiko menyebabkan distorsi pemahaman agama dan penafsiran yang menyimpang, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kekacauan di tengah umat. Karena itu, Kemenag berupaya keras menghadirkan dai yang tidak hanya populer, tetapi juga kompeten secara keilmuan.

Menuju Kedamaian: Keterkaitan Agama dan Negara

Menurut Ismail Cawidu, keberadaan ulama atau dai yang kompeten memiliki peran vital dalam menuntun masyarakat agar semakin dekat dengan ajaran agamanya. Hal ini selaras dengan pesan dari Menteri Agama sebelumnya, yang menekankan bahwa kedamaian negara sangat bergantung pada kedekatan umat dengan nilai-nilai agama. Sebaliknya, menjauhnya umat dari ajaran agama justru berpotiko melahirkan kekacauan sosial.

Dai yang berilmu dan bersanad diharapkan mampu menyebarkan ajaran yang moderat, toleran, dan menguatkan kerukunan, sesuai dengan prinsip Islam wasathiyah (moderat).

STQH Nasional XXVIII: Laboratorium Kaderisasi Ulama

Salah satu wujud nyata dari program kaderisasi ini adalah penyelenggaraan STQH Nasional XXVIII. Ajang kompetisi keilmuan Alquran dan Hadits ini tidak sekadar perlombaan, melainkan platform penting untuk menguji dan melahirkan talenta dai dan ulama berkualitas dari berbagai daerah.

Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa kegiatan yang dipusatkan di Kendari, Sulawesi Tenggara, ini merupakan ajang dua tahunan yang sarat dengan upaya penguatan keagamaan.

“Seperti diskusi tentang pembinaan karakter, ketahanan keluarga, toleransi, merawat kerukunan, dan menjaga lingkungan,” jelas Abu Rokhmad, menunjukkan bahwa STQH memiliki dimensi yang lebih luas dari sekadar lomba, yaitu pembentukan karakter dan wawasan keagamaan yang holistik.

Lebih jauh, STQH Nasional XXVIII juga difungsikan sebagai pusat talenta Kemenag. Para juara dalam kompetisi ini akan dicatat dalam daftar talenta unggulan Kemenag. Mereka adalah aset yang dipersiapkan untuk mewakili Indonesia dalam kompetisi keagamaan di tingkat internasional, menegaskan bahwa proses kaderisasi ini berorientasi pada kualitas global.

Pada penyelenggaraan sebelumnya di Jambi, kontingen Jawa Timur berhasil meraih Juara Umum, diikuti oleh DKI Jakarta. Kemenag menjamin bahwa seluruh proses penilaian dalam ajang ini berlangsung secara objektif, menjamin hasil yang benar-benar mencerminkan kompetensi terbaik.

Komitmen Kemenag untuk mengukuhkan kompetensi dai dan ulama melalui jalur keilmuan yang jelas dan bersanad adalah langkah strategis dalam menjaga kemurnian ajaran agama serta stabilitas dan kedamaian bangsa.

Melalui ajang seperti STQH Nasional, Kemenag berupaya memastikan bahwa pesan-pesan keagamaan disampaikan oleh figur yang kredibel dan mumpuni, sehingga dapat membimbing umat menuju kehidupan yang lebih berkarakter, toleran, dan rukun. (*/tur)

Related Articles

Back to top button