Waspada di Balik Obrolan Ceria: 9 Ciri Pria yang Lebih Mungkin Selingkuh di Tempat Kerja (Perspektif Psikologi)

KALTENG.CO-Bayangkan hiruk pikuk kantor yang khas. Suara keyboard mengetik cepat, percakapan proyek yang intens, dering telepon sesekali, dan tawa renyah yang memecah keseriusan.
Interaksi antar rekan kerja seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika kantor, menciptakan rasa kebersamaan dan bahkan persahabatan.














Namun, di balik suasana yang tampak harmonis dan profesional, terkadang tersembunyi dinamika interpersonal yang lebih kompleks.


Menurut psikologi, kepribadian seseorang dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupannya, termasuk kecenderungan untuk menyembunyikan hal-hal tertentu, bahkan di lingkungan kerja.
Sebuah perspektif menarik yang dilansir dari Geediting menyoroti sembilan ciri pada pria yang secara statistik mungkin lebih rentan untuk terlibat dalam perselingkuhan di tempat kerja. Penting untuk ditekankan bahwa artikel ini bukan bertujuan untuk menuduh atau menciptakan kecurigaan di antara rekan kerja.



Tujuannya adalah untuk memberikan wawasan psikologis, mendorong refleksi diri yang jujur, dan membuka diskusi tentang batasan yang sehat dalam hubungan profesional dan pribadi.
Memahami ciri-ciri ini dapat membantu individu untuk lebih mengenali potensi risiko dalam interaksi mereka dan membangun batasan yang lebih kuat untuk melindungi hubungan mereka di luar kantor. Mari kita telaah sembilan ciri tersebut:
1. Sangat Menarik dan Karismatik: Daya tarik dan kemampuan untuk memikat orang lain adalah kualitas positif. Namun, ketika karisma ini digunakan secara berlebihan untuk membangun kedekatan yang tidak pantas di tempat kerja, ini bisa menjadi lampu kuning.
2. Kebutuhan Tinggi akan Validasi Eksternal: Orang yang terus-menerus mencari pujian dan perhatian dari orang lain, termasuk rekan kerja, mungkin lebih rentan untuk melampaui batas profesional demi mendapatkan validasi tersebut.
3. Batasan Pribadi yang Kabur: Individu yang kesulitan membedakan antara hubungan profesional dan pribadi cenderung lebih mudah terlibat dalam kedekatan emosional atau fisik yang tidak seharusnya di lingkungan kerja.
4. Riwayat Perselingkuhan di Masa Lalu: Perilaku masa lalu seringkali menjadi prediktor perilaku di masa depan. Seseorang yang pernah selingkuh sebelumnya mungkin memiliki kecenderungan yang sama di lingkungan kerja.
5. Merasa Tidak Bahagia atau Tidak Dihargai dalam Hubungan Saat Ini: Ketidakpuasan dalam hubungan pribadi dapat membuat seseorang mencari validasi dan keintiman di luar hubungan tersebut, dan lingkungan kerja bisa menjadi tempat yang “nyaman” karena interaksi yang intens.
6. Terlalu Banyak Waktu Luang di Tempat Kerja: Kurangnya kesibukan atau pengawasan yang memadai dapat menciptakan peluang untuk interaksi yang tidak profesional dan berpotensi mengarah pada perselingkuhan.
7. Sering Berinteraksi Intens dengan Satu Rekan Kerja Tertentu di Luar Jam Kerja: Meskipun pertemanan di luar kantor adalah hal yang wajar, intensitas interaksi yang berlebihan dan cenderung tertutup dengan satu rekan kerja tertentu dapat menjadi indikasi adanya kedekatan yang tidak sehat.
8. Pandangan yang Permisif Terhadap Perselingkuhan: Orang yang tidak menganggap perselingkuhan sebagai masalah serius atau memiliki pembenaran untuknya mungkin lebih terbuka untuk melakukannya.
9. Perubahan Perilaku yang Mencolok: Perubahan mendadak dalam kebiasaan kerja, seperti menjadi lebih tertutup, sering lembur tanpa alasan jelas, atau perubahan gaya berpakaian yang signifikan, bisa menjadi tanda adanya sesuatu yang disembunyikan.
Penting untuk diingat: Daftar ciri ini bukanlah vonis atau stereotip. Memiliki satu atau beberapa ciri ini tidak secara otomatis berarti seseorang akan selingkuh. Namun, pemahaman akan potensi risiko ini dapat mendorong individu untuk lebih berhati-hati dalam berinteraksi dan membangun batasan yang sehat di tempat kerja.
Membangun Batasan yang Sehat di Lingkungan Kerja:
Menciptakan lingkungan kerja yang profesional dan saling menghormati adalah tanggung jawab semua pihak. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
- Menetapkan Batasan yang Jelas: Baik secara pribadi maupun dalam kebijakan perusahaan, batasan yang jelas mengenai interaksi antar rekan kerja perlu dikomunikasikan.
- Menghindari Gosip dan Spekulasi: Fokus pada pekerjaan dan hindari menyebarkan atau mempercayai gosip yang tidak berdasar.
- Mengedepankan Profesionalisme: Jaga interaksi dengan semua rekan kerja tetap profesional dan hindari kedekatan yang berlebihan.
- Komunikasi yang Terbuka dalam Hubungan Pribadi: Membangun komunikasi yang jujur dan terbuka dengan pasangan dapat membantu mencegah keinginan untuk mencari keintiman di luar hubungan.
- Kesadaran Diri: Refleksi diri yang jujur tentang perilaku dan motivasi diri dapat membantu mengidentifikasi potensi risiko dan mengambil langkah-langkah pencegahan.
Memahami dinamika psikologis di tempat kerja, termasuk potensi risiko perselingkuhan, bukanlah tentang menciptakan ketakutan atau kecurigaan.
Ini adalah tentang meningkatkan kesadaran diri, mendorong refleksi yang jujur, dan membangun batasan yang lebih sehat dalam interaksi profesional dan pribadi.
Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih profesional, saling menghormati, dan pada akhirnya, melindungi hubungan kita di luar kantor. (*/tur)