TAFAKUR RAMADHAN

Puasa, Sedekah, dan Bahagia

PADA tahun 1950 ilmuwan James Olds dan Peter Milner menemukan area bahagia di otak yang diberi nama nucleus accumbens dan ventral striatum. Ilmuwan itu menunjukkan, bila daerah tersebut aktif yang ditandai dengan adanya aktivitas listrik, seseorang akan merasakan bahagia.

Begitu juga sebaliknya, bila daerah itu tidak aktif, seseorang akan terlihat sedih atau depresi. Penelitian tersebut kemudian dikuatkan dengan penemuan zat kimia otak (neurotransmiter) yang berhubungan dengan rasa bahagia antara lain dopami, ensefalin, endorfin, morfin endogenus, dan serotonin (Kringelbach M.L., 2010).

Dalam perkembangan selanjutnya, teknologi kedokteran telah berhasil mendeteksi pola kerja otak, termasuk pola kerja pusat bahagia. Caranya dengan mendeteksi kadar neurotransmiternya dengan menggunakan alat radiologi canggih yang bernama MRI fungsional. Dengan pemeriksaan ini akan terdeteksi seseorang sedang dalam kondisi bahagia, sedih, bahkan depresi.

Sirkuit Sedekah

Ada sebuah penelitian yang menarik tentang pengaruh berbagi untuk sesama (sedekah) terhadap rasa bahagia dengan menggunakan MRI fungsional untuk melihat aktivitas pusat bahagia di otak.

Studi itu meneliti subjek yang di beri uang dalam jumlah cukup banyak dan selanjutnya di bagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama uang untuk kebutuhan diri sendiri, sedangkan kelompok kedua uang di gunakan untuk membantu orang lain (sedekah).

Terhadap kedua kelompok kemudian di lakukan dua kali pemeriksaan pemindaian otak dengan MRI fungsional untuk melihat kerja otak mereka. Hasil penelitian menunjukkan, semua subjek saat mendapat uang dalam jumlah banyak merasa bahagia. Hal itu di buktikan dengan meningkatnya aktivitas pusat bahagia di otak yang menggambarkan banyaknya sekresi neurotransmiternya.

Namun, pada pemeriksaan MRI kedua, ada perbedaan yang bermakna, di mana kelompok yang membelanjakan uang untuk membantu orang lain di dapat lagi aktivitas otak pusat bahagia jauh lebih tinggi di banding kelompok subjek yang membelanjakan uang untuk keperluan diri sendiri.

Bahkan, rerata aktivitas listrik saat membantu sesama lebih tinggi daripada saat pertama kali mendapatkan uang. Dari penelitian itu kemudian di simpulkan, salah satu cara untuk mendapatkan rasa bahagia adalah sering berbagi ke sesama manusia/sedekah (Park et al., 2017).

1 2 3Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button