MENJADI seorang polisi wanita (Polwan) adalah impiannya. Hal itu kini yang membuat Kompol Novalina Tarihoran mengabdi di institusi Polri dengan sederet prestasi membanggakan selama karirnya.
Mengenakan kemeja berwarna putih yang merupakan seragam khas penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Kalteng ia tampil layaknya seperti polwan biasanya.
Nova sapaan akrabnya berpenampilan begitu sederhana, sudah satu tahun belakangan ini ia menjabat sebagai Kasubdit Remaja, Anak dan Wanita (Renakta) Ditreskrimum Polda Kalteng.
“Pada saat masa masih sekolah, saya sangat ngefans sekali terhadap anggota Polri,” kata wanita kelahiran Pontianak ini di bincangi di ruang kerjanya, Rabu (1/9/2021) siang.
Di ceritakannya, dahulu ketika ada operasi razia kendaraan misalnya, dia justru sangat senang. Bahkan sengaja mencari titik tersebut agar dapat di lewati guna dapat bertemun dan melihat anggota polisi.
“Saking ngefansnya, aaya waktu dulu itu sangat suka apabila ada razia kendaraan, nanti akan sengaja lewat agar di periksa oleh petugas,” bebernya.
Di ceritakannya, dulunya ia sempat mencoba untuk mendaftar sebagai Bintara Polwan. Namun sayang, saat itu umurnya belum masuk dalam kategori persyaratan pendaftaran.
“Ketika ingin mendaftar lagi di tahun berikutnya, keluarga saya meminta untuk kuliah terlebih dahulu. Siapa tahu akan ada pembukaan pendaftaran sebagai anggota Polri lagi,” bebernya.
Sambung wanita kelahiran 1982 ini, setelah memasuki masa kuliah, rencananya yang ingin mendaftar lagi sebagai polisi sempat hilang. Beruntungnya, di saat masa kuliahnya selesai bertepatan dengan pendaftaran Akademisi Polisi (Akpol).
“Ketika selesai kuliah ternyata ada pendaftaran Akpol. Saat itu saya mencoba pergi ke Polda Kalbar guna melihat persyaratanya sebagai lulusan sarjana. Ternyata saya masuk dalam kategori tersebut,” papar Alumni Akpol 2009 itu.
Judul Baru: Kehadiran Polwan Diharapkan Banyak Masyarakat
Berkaitan dengan HUT Polwan ke-73, menurutnya sejak tahun 2000 itu sudah ada instruksi Presiden mengenai kesetaraan gender. Mulai saat itu, semua instansi sudah mulai berpikir tentang bagaimana gender itu tidak lagi di permasalahkan di berbagai bidang.
“Sepertinya halnya dahulu saat Kapolri masih di jabat Bapak Tito. Beliau menyebutkan Polwan bukan pelengkap atau pendukung organisasi. Melainkan salah satu unsur pertama di dalam Polri,” imbuhnya
Kemudian di dalam program Kapolri saat ini, Bapak Listyo Sigit, salah satunya mendorong peran Polwan. Ia merasa dari situ sudah jelas terlihat bahwa pimpinan itu memperhatikan Polwan sebagai kebutuhan organisasi.
Seperti hal yang beberapa waktu lalu, ia menulis tentang peran Polwan dengan kepuasan masyarakat. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata memang benar bahwa warga itu membutuhkan peran seorang Polwan.
“Masyarakat itu sebenarnya berharap bahwa untuk lebih di perbanyak lagi anggota Polwan, karena mereka merasa lebih nyaman dan merasa tenang pada saat di layani apa yang mereka butuhkan,” ungkapnya.
Menurutnya, menjadi seorang Polwan itu semangat berjuangnya harus lebih keras. Misalnya saja seperti menduduki suatu jabatan dari sekian laki-laki, maka tidak boleh menjadi seperti wanita biasa-biasa saja.
“Namun harus menjadi sosok yang terlihat. Dalam artian terlihat kinerjanya dan potensinya. Jangan sampai berpikiran begini-begini saja,” tukasnya. (oiq)