Pemulihan Ekosistem Taman Nasional Sebangau Perlu Upaya Kolektif
Sementara, dengan basis sains yang tepat, upaya pemulihan akan berjalan tepat sasaran karena akan diketahui tentang hal-hal penting, seperti lokasi tanam yang tepat, usia tanam, waktu penanaman, kualitas bibit, dan titik koordinat penanaman secara tepat.
“Prinsip kehati-hatian juga penting. Artinya, kita tidak bisa hanya bilang tanam sejuta pohon. Kita mulai dari yang kecil dulu, 30 ribu misalnya, tapi jelas koordinatnya,” imbuh Wiratno.
Sementara itu, Kepala BTNS Andi M. Khadafi, S.Hut, MSi, mengatakan, kerja sama pemulihan ekosistem Taman Nasional antara BTNS dan BNF ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara kedua belah pihak beberapa waktu lalu.
Tujuan dari kerja sama ini mendukung seoptimal mungkin target-target pemulihan ekosistem di kawasan Taman Nasional Sebangau. Kawasan yang menjadi target pemulihan adalah wilayah-wilayah yang rusak akibat kebakaran hutan dan bekas penebangan pada masa hak pengusahaan hutan (HPH).
“Jumlah bibit yang saat ini sudah stand by sebanyak 100.000 bibit pohon. Dan, tahun ini BNF akan menambah 160.000 bibit lagi untuk ditanam di kawasan Taman Nasional Sebangau. Jenis pohon yang ditanam seperti blangiran dan tanaman endemik hutan lainnya di Sebangau,” jelas Andi.
Sementara itu, Ketua Yayasan Borneo Nature Indonesia, Juliarta Bramansa Ottay mengatakan, kerja sama pemulihan ekosistem di Taman Nasional Sebangau ini merupakan upaya untuk mendukung BTNS dalam mengembalikan fungsi ekologi di area bekas kebakaran dan hak penguasaan hutan (HPH) di kawasan hutan tersebut.
Hal ini juga dijalankan dalam rangka implementasi proyek Satu Juta Pohon yang dicanangkan BNF sejak 2020 lalu. Proyek tersebut akan dilaksanakan bersama BTNS dan Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland (CIMTROP).