“Penanaman satu juta pohon ini ditujukan untuk mengembalikan fungsi ekologi hutan Sebangau, terutama dalam penyerapan karbon dan pemulihan habitat untuk spesies yang terancam punah oleh karena berbagai sebab, terutama akibat kebakaran hutan dan penebangan liar pada masa lalu,” ujar Juliarta.
Berdasarkan hasi penelitian BNF selama beberapa tahun terakhir, diperkirakan terdapat 65 spesies mamalia, 172 spesies burung, 11 spesies amfibi, 46 spesies reptil, 55 spesies ikan, 22 spesies vertebrata endemik, 6 spesies mamalia yang terancam punah dan 6000 indvidu orangutan, yang hidup dalam kawasan Sebangau.
Lebih lanjut, Juliarta menambahkan, guna mendukung dan menyukseskan pencapaian tujuan pemulihan ekosistem, BNF juga menjalankan berbagai kegiatan, di antaranya pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan komunitas pembibitan, kegiatan outreach, membangun jaringan multistakesholder, mendorong keterlibatan masyarakat dalam reforestasi, meningkatkan peran serta perempuan di sekitar kawasan hutan, serta mendorong ekonomi hijau untuk komunitas lokal.
BNF aktif dalam pemberdayaan masyarakat dan pendidikan untuk anak usia dini pada masyarakat di penyangga Taman Nasional, terutama di Kereng Bangkirai.
“Kami juga bekerja aktif bersama Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dalam upaya terpadu untuk pelestarian ekosistem Rungan,” imbuh Arta.
Pada 2020, sebanyak 50.600 bibit pohon telah ditanam, khususnya di wilayah Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG), Taman Nasional Sebangau, bekerja sama dengan BTNS dan CIMTROP. Pada April 2021, BNF akan kembali menanam 40.000 bibit tanaman di area kanal Ruslan, kawasan Taman Nasional Sebangau.
Program pemulihan ekosistem hutan gambut Sebangau ini diselenggarakan berkat dukungan dari The Keeling Curve Prize, Uplink/Trillion Trees , Arcus Foundation, Christmas Tree World, Darwin Initiative, Disney Conservation Fund, Eurofins Foundation, Forest, Smoothie, Fondation Franklinia, Global Wildlife Conservation (GWC), Orangutan Appeal UK (OAUK), Orangutan Conservancy, Orangutan Outreach, RRC EA Wetlands and The Orangutan Project (TOP). (ram/2/aza)
