Bayang-Bayang Masa Lalu dalam Hubungan: Mengapa Seseorang Selalu Curiga Pasangan Selingkuh Tanpa Bukti?

KALTENG.CO-Pernahkah Anda menjumpai atau bahkan mengalami sendiri situasi di mana seseorang terus-menerus mencurigai pasangannya berselingkuh, padahal tidak ada indikasi atau bukti yang jelas?




Kecurigaan yang berlebihan ini seringkali menimbulkan ketegangan, pertengkaran, dan bahkan merusak keharmonisan hubungan.
Namun, tahukah Anda bahwa perilaku ini bisa jadi bukan semata-mata kesalahan pasangan, melainkan berakar dari pengalaman pahit di masa kecil?
Ya, luka-luka emosional yang dialami di masa kanak-kanak dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap cara seseorang membangun dan mempertahankan hubungan di kemudian hari.
Rasa tidak aman yang muncul dalam hubungan romantis saat ini sangat mungkin berkaitan erat dengan kejadian-kejadian traumatis atau pengalaman negatif yang dialami jauh sebelum kita menyadarinya.
Seperti yang dilansir dari hackspirit, kecurigaan kronis terhadap pasangan tanpa adanya bukti kuat seringkali bersumber dari pengalaman atau berbagai dinamika kompleks yang terjadi di masa kecil. Memahami keterkaitan antara masa lalu dan masa kini adalah langkah penting untuk memutus siklus kecurigaan yang merusak.
Mengurai Luka Masa Lalu untuk Memahami Masa Kini
Mengupas satu per satu luka di masa lalu bukanlah tentang terjebak dalam penyesalan atau menyalahkan pihak-pihak yang terlibat. Sebaliknya, proses ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana pengalaman tersebut telah membentuk pola pikir, keyakinan, dan perilaku kita saat ini, terutama dalam konteks hubungan asmara.
Kesadaran diri adalah kunci utama dalam proses penyembuhan. Memahami dan menyadari apa yang terjadi di dalam diri, termasuk akar dari rasa tidak aman dan kecurigaan, merupakan langkah pertama yang krusial untuk sembuh secara batin, mental, maupun fisik.
Lantas, pengalaman pahit di masa kecil seperti apa saja yang mungkin dialami seseorang dan berkontribusi pada kecurigaan berlebihan terhadap pasangan di kemudian hari? Berikut adalah 8 potensi pemicunya:
1. Pengalaman Dikhianati atau Ditinggalkan oleh Pengasuh Utama:
Jika seseorang pernah mengalami pengkhianatan atau ditinggalkan oleh figur pengasuh utama (orang tua atau wali) di masa kecil, hal ini dapat menanamkan rasa tidak percaya yang mendalam terhadap orang lain, terutama dalam hubungan yang intim. Rasa takut ditinggalkan ini dapat memicu kecurigaan berlebihan terhadap pasangan.
2. Perceraian atau Perselingkuhan Orang Tua:
Melihat orang tua bercerai atau mengalami perselingkuhan dapat menciptakan trauma dan ketidakpercayaan terhadap komitmen dalam pernikahan. Anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini mungkin mengembangkan ketakutan bahwa pola yang sama akan terulang dalam hubungannya sendiri, sehingga memicu kecurigaan.
3. Kurangnya Kehadiran Emosional Orang Tua:
Meskipun secara fisik hadir, orang tua yang tidak memberikan dukungan emosional yang cukup dapat membuat anak merasa tidak aman dan tidak dicintai. Rasa tidak aman ini dapat terbawa hingga dewasa dan memanifestasikan diri dalam bentuk kecurigaan terhadap kasih sayang dan kesetiaan pasangan.
4. Kritik dan Penolakan yang Berlebihan:
Tumbuh dalam lingkungan di mana seseorang sering dikritik atau ditolak oleh orang tua dapat merusak harga diri dan menumbuhkan rasa tidak layak dicintai. Rasa tidak aman ini dapat memicu kecurigaan bahwa pasangan akan menemukan orang lain yang “lebih baik” atau akhirnya meninggalkan mereka.
5. Kekerasan Emosional atau Fisik di Rumah:
Mengalami atau menyaksikan kekerasan emosional atau fisik di rumah pada masa kecil dapat menciptakan trauma mendalam dan rasa tidak aman yang kronis. Korban atau saksi kekerasan mungkin mengembangkan kesulitan mempercayai orang lain dan selalu waspada terhadap potensi bahaya dalam hubungan.
6. Tanggung Jawab yang Terlalu Besar di Usia Dini (Parentifikasi):
Anak yang dipaksa mengambil peran orang tua bagi saudara kandung atau bahkan orang tuanya sendiri mungkin tumbuh menjadi orang dewasa yang perfeksionis dan selalu merasa perlu mengontrol situasi, termasuk hubungan asmara. Kecurigaan bisa menjadi salah satu cara mereka mencoba mengendalikan potensi “ancaman” perselingkuhan.
7. Pengalaman Dibohongi atau Dimanipulasi:
Jika seseorang sering dibohongi atau dimanipulasi oleh orang tua atau figur otoritas di masa kecil, mereka mungkin mengembangkan kesulitan mempercayai perkataan orang lain, termasuk pasangannya. Pengalaman ini dapat menumbuhkan kewaspadaan dan kecurigaan yang berlebihan.
8. Kurangnya Konsistensi dan Prediktabilitas dalam Pengasuhan:
Lingkungan pengasuhan yang tidak konsisten, di mana aturan dan respons orang tua berubah-ubah tanpa alasan yang jelas, dapat menciptakan rasa tidak aman dan kebingungan pada anak. Ketidakmampuan memprediksi perilaku orang terdekat di masa kecil dapat berlanjut menjadi kecurigaan terhadap ketidakpastian dalam hubungan dewasa.