Program Tiga ‘Tas’ Jadi Strategi Pemerataan Guru di Barsel
BUNTOK, Kalteng.co – Staf Ahli Bupati Barito Selatan bidang pemerintahan, kemasyarakatan dan Sumber Daya manusia, Agus In’Yulius menyatakan bahwa strategi dalam melakukan pemerataan penempatan guru, khususnya di pedesaan, dapat dilakukan melalui program tiga ‘Tas’.
“Salah satu strateginya adalah pengoptimalan program tiga ‘Tas’. Di mana program ‘Tas’ itu berfokus pada peningkatan kualitas, kuantitas dan fasilitas,” kata Agus, kemarin.
Menurut dirinya program tiga ‘Tas’ itu merupakan solusi dalam upaya pemerataan penempatan guru, terutama di desa yang ada di kabupaten yang berjuluk Dahani Dahanai Tuntung Tulus ini.
Sebab, program tersebut untuk menyelesaikan berbagai permasalahan terkait perbedaan yang sangat mencolok dalam dunia pendidikan di kota dengan di desa.
“Melalui program itu guru bisa betah untuk menjalankan tugasnya di desa. Tidak betahnya guru bertugas di desa itu kan lantaran beberapa faktor,” ucap Agus In’Yulius.
Adapun beberapa faktor itu, lanjut dia, kondisi desa yang minim akses dan kondisi ini jauh berbeda dengan di kota yang memiliki banyak kemudahan berbagai hal terutama dalam menjalankan tugas sebagai tenaga pendidik.
“Dengan minimnya akses yang ada di desa merupakan salah satu faktor guru tidak fokus dalam mengajar,” terangnya.
Kemudian, guru yang ada di desa jumlahnya terbatas, sehingga satu orang guru harus mengajar beberapa mata pelajaran dengan penghasilan berupa gaji, dan tunjangan kinerja yang sama rata seperti halnya guru yang bertugas di kota.
Ditambah lagi jauhnya jarak tempuh dan kondisi geografis yang sulit terutama dari desa terpencil menuju ke kota dalam mengurus administrasi kepegawaian dan lainnya, sehingga mengakibatkan biaya transportasi yang dikeluarkan kepala sekolah maupun guru, jauh lebih besar dibandingkan mereka yang bertugas di kota.
Menurut dia, , dengan minimnya akses di desa dan kurang memadainya bangunan gedung sekolah serta minimnya fasilitas sekolah yang layak seperti perpustakaan dan laboratorium, menjadi kendala bagi guru yang mengajar di desa.
Termasuk, minimnya fasilitas sosial, fasilitas kesehatan, dan tempat tinggal yang layak serta aksesibilitas terhadap kebutuhan sehari-hari juga menjadi faktor kendala lainnya bagi guru dan kepala sekolah yang bertugas di desa.
“Hal itulah yang menyebabkan sebagian guru harus mencari penghasilan tambahan dari luar sekolah untuk menutupi pengeluaran sehari-hari,” terang Agus In’Yulius.
Terkait dengan tunjangan kinerja ini juga kata dia, menyebabkan guru kurang berminat bertugas mengajar di desa, sebab tunjangan guru di kota dengan mereka yang bertugas di desa sama nilainya, sehingga tak heran, sejumlah guru di desa mengajukan diri pindah ke kota.
“Pada 2024 ini saja, ada sekitar 15 orang guru yang telah mengajukan pindah tugas untuk mengajar ke kota,” ungkapnya. (ner)
EDITOR: TOPAN