Harga Rotan Kembali Anjlok, Para Petani Menjerit
SAMPIT,kalteng.co– Harga jual rotan mentah di tingkat petani dalam sepekan terakhir ini mengalami penurunan, yang sebelumnya cukup menjanjikan hingga mencapai Rp.7.500 perkilogram di tingkat pengepul, sekarang hanya Rp.3.500 perkilogram, sehingga para petani di Kabupaten Kotim menjerit. Salah seorang petani rotan di Kecamatan Seranau Hadi mengatakan, saat ini harga rotan kembali anjlok.
Selama ini harga rotan tidak menentu, bahkan cendrung turun, dan rotan juga merupakan mata pencaharian sebagian besar warga, tetapi sekarang harganya murah, para petani memilih untuk tidak memanen rotan. “Anjloknya harga rotan itu merupakan pukulan yang cukup berat bagi kami pekerja rotan. Bayangkan saja, kalau harga ditingkat pengepul saja harganya cuma sebesar itu kami cuma dapat lelahnya saja, lebih baik kami berdiam diri saja,” kata Hadi Selasa (28/12).
Dirinya juga berharap pemerintah Kabupaten maupun Provinsi bahkan pusat dapat memberikan solusi agar bagaimana rotan hasil panen para petani dapat dipasarkan, agar para petani rotan tidak semakin terpuruk. Selama ini hampir tidak ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga para petani rotan dibiarkan begitu saja.
“Selama ini tidak ada upaya pemerintah baik kabupaten, provinsi maupun pusat bagaimana dapat membantu para petani rotan, kami seakan-akan dibiarkan begitu saja. Dan kami para petani rotan harus berupaya bangkit sendiri dari keterpurukan,” ujar Hadi.
Sementara H Dahlan Ismail, salah seorang pengepul rotan di wilayah kecamatan Kotabesi mengatakan sudah tiga minggu terakhir ini terus mengalami penurunan dari harga Rp. 7.500 perkligramnya hingga anjlok mencapai Rp 3.500 saja perkilogramnya. Dengan anjloknya harga rotan itu merupakan pukulan yang cukup berat bagi para pekerja rotan. Bayangkan saja, para petani tidak dapat apa kalau ditingkat pengepul saja harganya cuma sebesar itu, lebih baik mereka berdiam diri dan berhenti memotong rotan.
“Sebenarnya kami punya strategi mudah agar tidak mengalami kerugian, dengan membatasi pembelian rotan dari petani, tapi kami juga harus memikirkan nasib para petani rotan yang selama ini sudah menjadi mitra kami, dan kami juga tidak ingin membiarkan petani menderita, tapi apa yang bisa kami harapkan kalau harga jualnya juga sangat rendah,” ujar Dahlan.
Menurutnya kalau pihaknya tetap memaksakan untuk menampung rotan dari petani, maka justru mereka yang bakalan mengalami rugi besar, karena akan terjadi penyusutan kwalitas dan pasti harganya anjlok, dan penyebab penurunan harga rotan ini adalah akibat tidak adanya permintaan rotan kwalitas ekspor dari daerahdaerah yang selama ini membeli rotan dari Kotim, khususnya dari pulau Jawa.
“Saat ini kebetulan lagi liburan natal dan tahun baru, sehingga tidak ada kegiatan penjualan rotan ke luar negeri, dan situasi ini diperkirakan akan bertahan hingga bulan Februari 2022 nanti, atau setelah perayaan hari raya imlek,” ucap Dahlan Ia juga mengatakan selama ini para pekerja rotan di Kabupaten Kotim memang hanya mengandalkan penjualan rotan mentah keluar daerah saja, sebab di daerah ini sendiri tidak ada usaha kerajinan atau pengolahan rotan yang memadai dan mampu membeli rotan dengan jumlah besar. (bah/ans)