PANDEMI COVID-19 hingga saat ini memang belum berakhir. Pada tahun 2022 ini kasus tertinggi terjadi di bulan Februari 2022. Di tengah pandemi yang berkepanjangan, telah meruntuhkan banyak sektor, seperti ekonomi, pariwisata, perhotelan dan sektor-sektor lainnya.
Pelaku usaha dari mulai sekala besar sampai mikro menghadapi tantangan dan hambatan yang mungkin bahkan tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya termasuk lebih dari 80% pelaku UMKM terkena imbasnya.
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) diluncurkan Pemerintah sejak tahun 2020 dan pada tahun 2022 dialokasikan Rp455,62 T, diarahkan untuk mendorong pemulihan di berbagai sektor dengan tetap mengedepankan keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi.
Strategi UMKM bertahan di masa Pandemi dengan adanya pengaruh oleh berubahnya kebiasaan belanja konsumen dan pergeseran ke platform online. Para pelaku UMKM juga mulai concern pada tata kelola dan tata cara penggunaan media sosial, seperti facebook, Instagram, marketplace, dan sejenisnya.
Menyikapi fenomena tersebut, pada tahun 2022 Bank Indonesia meluncurkan Program Digitalisasi UMKM Bank Indonesia. Digitalisasi UMKM ini merupakan sebuah langkah bagi BI dalam mengakselerasi pengembangan UMKM digital di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital.
Program Digitalisasi UMKM di antaranya e-Farming dengan pemanfaatan teknologi digital pada pertanian untuk meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi biaya. e-Commerce meliputi penguatan kapasitas dalam pemasaran digital dan pemasaran UMKM ke pasar global melalui platform digital.
Pendukung e-Financing dalam bentuk aplikasi digital bagi UMKM (SI APIK). Serta, sarana pembayaran digital untuk memudahkan transaksi UMKM (QRIS UMKM). Digitalisasi UMKM diharapkan akan memberikan manfaat yaitu: memperluas jangkauan, meningkatkan pendapatan, mempermudah transaksi, dan mengikuti trend.
