ALL SPORTBeritaNASIONALSport

Tragedi Stadion Kanjuruhan, Cak Nun Berharap TGIPF Objektif

KALTENG.CO-Emha Ainun Najib merasa perlu angkat suara terkait tragedi stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Melalui chanel YouTube CakNun.com, Kiai Mbeling ini menyampaikan respons dan unek-uneknya secara gamblang dan terbuka.

Cak Nun juga menyoroti  Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Prof Mahfud MD.

Masyarakat dunia pun menanti hasil penyelidikan TGIPF tersebut. Lepas bagaimana hasil tim itu nanti, tentu semua berharap agar tragedi yang teramat memilukan di bumi pertiwi ini tidak terulang kembali. Jadi, yang terakhir kali. Harapan tersebut juga disampaikan budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun.

Berikut pernyataan ’’Kiai Mbeling’’ asal Jombang, Jawa Timur, itu soal tragedi Kanjuruhan dalam akun YouTube CakNun.com, pada 4 Oktober 2022.

Saya bagi dua. Yang pertama, hati saya bagaimana. Kedua, analisis, terminologi yang spesifik dan objektif atas kejadian itu. Kalau dari hati saya, ya saya sedih, malu, dan marah.

Sedih karena itu tadi, satu orang mati sama dengan semua orang meninggal dunia. Apalagi kematian itu disebabkan oleh hal-hal yang merupakan ulah manusia sendiri. Terserang manusia yang mana. Jadi saya sangat sedih. Artinya, kita mengucapkan belasungkawa dan ikut prihatin kepada semua keluarga korban.

Kemudian, yang kedua saya malu. Karena kita punya kedekatan pada Aremania, Aremaiyah, Bonek Maiyah, bahkan suporter Pasopati, Slemania. Semua kita punya interaksi. Saya khawatir ada kesalahan budaya atau akhlak dari Aremania, sehingga saya ikut merasa malu, meskipun korbannya hampir semua Aremia.

Terus (saya) marah. Marah itu, berarti ini ada yang nggak benar. Bukan hanya sepak bola, bukan hanya soal suporter, tapi juga soal tatanan hidup kita bersama.

Makanya, yang saya perhatikan sekarang adalah bagaimana kasus itu diproses. Apakah objektif dan bijaksana. Ataukah sibuk saling menyalahkan dan seterusnya. Kan, kita amati bersama lah. Kita ikut mendukung semua. Kita tidak mendukung Aremania thok, kita mendukung Bonek, kita mendukung sepak bola. Itu yang dari hati saya. Kita sedang berproses untuk mengamati itu semua.

Kedua, analisis tapi harus terminologis, objektif dan spesifik. Ini judulnya dulu. Judulnya apa dulu. Anda menyebutnya apa tadi? Tragedi Kanjuruhan, itu hanya menyebut tempat. Tidak menyebut substansi dari peristiwanya. Jadi, itu kan bisa tragedi sepak bola, tapi salah kalau disebut tragedi sepak bola. Karena bukan pemain tawur sehingga ada yang mati, tidak. Tapi, ini ada kejadian di luar lapangan sepak bola, meskipun masih di stadion.

Jadi, ini bukan tragedi sepak bola. Ini tragedi ada tidak ketertataan. Ada ketidaksiapan kita untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan di dalam dunia, yang menyangkut sepak bola. Dan ini bisa terjadi di bidang musik, di bidang rasisme, di bidang apapun, bisa terjadi seperti itu. Karena itu, harus ada tatanan. Makanya, kalau kita orang Jawa ada deso mowocoro, negoro mowototo.

Nah, sekarang ini ujian untuk negoro mowototo. Kalau deso mowocoro, kita ini sebagai rakyat, kita sudah memiliki cara untuk hidup, cara untuk memelihara persatuan, cara untuk mandiri, cara untuk sumeleh, kita sudah punya. Itu rakyat. Negara sedang diuji untuk bisa menata atau nggak. Noto itu kan ada yang kuratif, ada yang preventif. Jadi, kalau ada begini-begini, kesiapan A, plan B mu apa, plan C kamu apa dan seterusnya.

1 2 3 4 5Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button