7 Amalan Sunah Idul Adha: Raih Keberkahan Melimpah di Hari Raya Kurban!

KALTENG.CO-Hari Raya Idul Adha, yang jatuh setiap 10 Dzulhijjah, adalah salah satu momen paling agung dalam kalender Islam. Lebih dari sekadar hari libur, Idul Adha merupakan peringatan atas kisah keteladanan luar biasa Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam ketaatan penuh kepada perintah Allah SWT. Momen ini menjadi pengingat akan pentingnya pengorbanan, keikhlasan, dan rasa syukur.
Namun, tahukah Anda bahwa selain melaksanakan salat Id dan berkurban, ada berbagai amalan sunah Idul Adha yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan? Amalan-amalan ini tidak hanya memperindah ibadah kita, tetapi juga membuka pintu pahala yang besar jika dijalankan dengan ikhlas dan penuh kesadaran.
Di balik perayaan besar ini, seringkali ada sunah-sunah Idul Adha yang terlewatkan. Padahal, ada 7 sunah di Hari Raya Idul Adha yang jika diamalkan, dapat menyempurnakan ibadah kita dan membawa keberkahan luar biasa. Artikel ini akan membahas secara lengkap dan praktis apa saja sunah-sunah tersebut, serta bagaimana cara mengamalkannya dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Informasi ini dilansir dari sumber terpercaya seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementrian Agama.





1. Mandi Besar Sebelum Salat Idul Adha
Salah satu amalan sunah Idul Adha yang sangat dianjurkan sebelum berangkat melaksanakan salat Idul Adha adalah mandi besar. Ini bukan sekadar membersihkan diri, melainkan simbol kesiapan fisik dan spiritual dalam menyambut hari raya yang penuh berkah. Akan lebih utama lagi jika mandi ini dilakukan layaknya mandi wajib, memastikan kesucian tubuh terjaga sempurna saat menghadap Allah SWT di tempat salat. Kesucian adalah kunci dalam setiap ibadah, dan mandi ini adalah langkah pertama menuju kekhusyukan.
2. Menggunakan Wewangian dan Pakaian Terbaik
Dalam ajaran Islam, tampil rapi, bersih, dan wangi pada hari-hari besar bukan hanya soal penampilan, tetapi juga bentuk syukur dan penghormatan terhadap hari yang mulia. Rasulullah SAW sendiri telah mencontohkannya. Beliau memiliki pakaian khusus yang hanya dikenakan pada hari Jumat dan dua hari raya, termasuk Idul Adha. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis:
“Nabi memiliki jubah khusus yang beliau pakai pada dua hari raya dan hari Jumat.” (HR. Al-Baihaqi)
Mengenakan pakaian terbaik dan wewangian (khususnya bagi laki-laki) adalah cara kita menunjukkan kegembiraan dan mengagungkan syiar Islam di hari yang istimewa ini.
3. Tidak Makan Sebelum Salat Idul Adha
Ini adalah salah satu perbedaan menarik antara Idul Fitri dan Idul Adha. Jika pada Idul Fitri kita dianjurkan untuk makan sebelum berangkat salat, Idul Adha justru mengajarkan hal sebaliknya: menahan diri dari makan hingga selesai melaksanakan salat Id. Ini bukan tanpa alasan, melainkan bentuk penghormatan terhadap ibadah kurban yang menjadi inti dari hari raya ini. Diriwayatkan oleh Buraidah bin Al-Hasib, disebutkan:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak keluar pada hari Idul Fitri sebelum makan, dan beliau tidak makan pada hari Idul Adha sehingga beliau pulang (dari tempat salat) kemudian makan dari sembelihannya.” (HR. Tirmidzi)
Dengan menahan diri, kita menunjukkan kerinduan untuk segera menikmati hasil kurban dan mengamalkan sunah Nabi.
4. Jalan Kaki Menuju Tempat Salat
Jalan kaki menuju tempat salat Idul Adha adalah sunah Nabi Muhammad SAW yang sering terlewatkan. Amalan ini mengajarkan kita untuk lebih merasakan kesederhanaan, kebersamaan, dan kekhusyukan dalam menyambut hari raya. Bagi yang mampu, berjalan kaki bukan sekadar cara berangkat, melainkan sebuah amalan sunah yang sarat makna dan keberkahan. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Termasuk sunnah untuk berjalan menuju tempat shalat Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Tirmidzi).
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.” (HR. Ibnu Majah)
Ini juga memberi kesempatan untuk bertemu dan menyapa sesama Muslim dalam perjalanan.
5. Mengucapkan Takbir
Memperbanyak takbir adalah salah satu amalan sunah Idul Adha yang sangat dianjurkan. Takbir, yaitu kalimat pujian dan pengagungan kepada Allah SWT, dimulai dari malam Idul Adha hingga tiga hari setelahnya yang dikenal sebagai hari-hari tasyrik. Takbir ini bukan sekadar suara, melainkan ungkapan rasa syukur dan kekaguman atas nikmat serta pengorbanan yang menjadi inti dari hari raya ini.
Al-Quran sendiri menegaskan pentingnya menyebut nama Allah di hari-hari tertentu, seperti yang tertulis dalam surat Al-Hajj ayat 28:
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan…” (QS. Al-Hajj: 28)
Dan juga diriwayatkan:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju tempat shalat, beliau bertakbir hingga sampai di tempat shalat dan hingga selesai shalat.” (HR. Bukhari).
Perbanyaklah mengucapkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallaah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahil Hamd.
6. Mendengarkan Khutbah Idul Adha
Setelah selesai melaksanakan salat Idul Adha, ada satu amalan sunah yang sangat dianjurkan, yaitu mendengarkan khutbah yang disampaikan oleh imam. Khutbah Idul Adha ini bukan sekadar rutinitas, melainkan kesempatan berharga untuk menangkap pelajaran, memperdalam makna hari raya, dan memperkuat semangat keimanan kita.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar melaksanakan shalat dua hari raya sebelum khutbah.” (HR. Bukhari).
Khutbah biasanya berisi nasihat, pengingat akan nilai-nilai Islam, dan ajakan untuk senantiasa taat kepada Allah SWT. Dengan mendengarkan khutbah, kita menyerap ilmu dan hikmah yang disampaikan.
7. Menyembelih Hewan Kurban
Salah satu amalan paling utama dan paling dikenal di Hari Raya Idul Adha adalah menyembelih hewan kurban. Ibadah ini bukan sekadar ritual biasa, melainkan bentuk pengorbanan nyata yang meneladani perjuangan Nabi Ibrahim AS dan ungkapan rasa syukur atas limpahan rezeki dari Allah SWT. Al-Quran pun menegaskan perintah ini dalam surat Al-Kautsar ayat 2:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurban lah.” (QS. Al-Kautsar: 2)
Dan dalam hadis shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah:
“Barang siapa yang memiliki kelapangan (rezeki) namun tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami.”
Ibadah kurban memiliki dimensi sosial yang kuat, di mana daging kurban dibagikan kepada fakir miskin dan yang membutuhkan, sehingga kebahagiaan Idul Adha dapat dirasakan oleh seluruh umat.
Dengan mengamalkan 7 sunah di Hari Raya Idul Adha ini, insya Allah ibadah kita akan semakin sempurna dan keberkahan akan melimpah. Mari jadikan Idul Adha tahun ini sebagai momentum untuk meningkatkan ketakwaan dan mempererat tali silaturahmi. (*/tur)