Banyak Warga Menolak Diungsikan
22 Juli lalu, Kabupaten Katingan genap berusia 18 tahun. Selama kurun waktu itu, banjir tahun ini disebut-sebut sebagai banjir terparah yang dialami masyarakat di delapan kecamatan terdampak.
AINUR ROFIQ, Kasongan,kalteng.co
KELOTOK tanpa mesin berpenumpang tiga orang petugas ditarik oleh satu orang yang basah-basahan. Mengikuti arus air yang menggenang di Jalan Kelud, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan, Kamis (17/9) sekitar pukul 19.05 WIB. Kelotok berwarna hijau muda itu menuju rumah pasangan suami istri (pasutri) yang sudah tua renta. “Tuh handak manduan uluh bakas, handak imbit kan posko banjir (ini kami mau mengevakuasi orang tua di sana, red),” seru petugas kepada warga yang menanyakan tujuannya.
Tak lama kemudian sampailah di sebuah rumah panggung. Sudah tak terlihat lagi tiang-tiang kayu ulin yang menopang bangunan itu. Air sudah masuk ke dalam rumah. Luapan air di lingkungan itu sudah lebih dua meter. Jaraknya dari bibir Sungai Katingan hanya sekitar 50 meter.
Di dalam rumah itu, ada enam orang. Sindar, Siti Fatimah, dan anak cucunya. Usia Sindar sudah 110 tahun. Hanya bisa terbaring di ranjang. Begitu juga istrinya Siti Fatimah yang usianya terpaut 20 tahun lebih muda. Petugas ingin mengevakuasi pasutri tersebut ke tenda pengungsian. Untuk menjamin keselamatan dan kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, ajakan petugas ditolak. Penghuni rumah ingin bertahan. Rayuan dilontarkan petugas agar mereka mau diungsikan. Sindar bersikukuh tak mau dievakuasi. Alasannya, debit air belum menenggelamkan ranjangnya. Ya, di dalam rumah itu memang air tak sampai lutut orang dewasa.
“Untuk sementara kedua orang tua saya biar saja untuk tinggal di rumah. Terkecuali air naik, baru nanti akan dilakukan evakuasi,” terang Yayan (38), anak bungsunya.
Herman, pria berusia 60 tahun tampak memanggul tas warna hijau. Tas itu berisi pakaian. Ia menerobos banjir yang sudah menenggelamkan lebih setengah dari badannya. Ia berjalan dari rumahnya yang sudah tenggelam menuju tenda pengungsian.
Ia pun prihatin dengan kondisi saat ini. Di mana banjir terjadi di Kota Kasongan, ibu kota Kabupaten Katingan.
Ia pun menyalahkan masifnya penebangan hutan di daerah hulu dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit. “Terus terang saja, saya juga dulu orang pencari kayu. Tapi, saat masa saya, yang berukuran kecil itu tidak diambil. Zaman sekarang sejauh mata memandang, walaupun kayu seperti rumput ilalang saja sudah habis,” keluhnya.
Senada diutarakan Nellawati, banjir tahun ini merupakan banjir terparah di Kota Kasongan. Malah lebih parah dari 2006 lalu. Biasanya, jika banjir musiman ini hanya bertahan paling lama satu minggu. Sekarang, sudah lebih tujuh hari belum surut. “Tahun ini terparah. Tahun 2006 lalu, di rumah saya itu kedalaman air masih sebatas lutut saja. Sekarang terendam rumah saya,” katanya.
Ada sembilan tenda untuk para pengungsi yang didirikan di Taman Religi, dekat Jembatan Kasongan. Besarnya tenda itu seluas lapangan voli. Ada 78 kepala keluarga, dengan jumlah 243 jiwa. Di situ ada dapur umum. Mereka yang mengungsi rata-rata rumahnya sudah terendam.Tidak bisa lagi beraktivitas di dalam rumah.
Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Katingan mendirikan dapur umum untuk menyiapkan makanan bagi pengungsi. “Kami siapkan makanan siap saji untuk sarapan, makan siang, dan makan malam warga yang mengungsi di posko pengungsian ini,” ucapnya kepada Kalteng Pos saat ditemui di dapur umum.
Makanan yang disajikan bervariasi. Selalu berganti menu masakan. Mulai dari olahan ikan, daging ayam, hingga telur. Kalau untuk sayur, disediakan oseng-oseng tempe plus kacang panjang, terung, timun, dan lainnya.
Sementara itu, Camat Katingan Hilir Kariyadi mengatakan, terkait kebutuhan air bersih untuk warga, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PDAM dan BPBD. Warga yang memerlukan air bersih dapat menghubungi pihak terkait. “Dari PDAM suplai ke BPBD, nanti BPBD yang akan suplai ke masyarakat. Dalam sehari itu ada sekitar 20 ribu liter air bersih yang disalurkan,” ucapnya.
Terpisah, Wakil Bupati Katingan Sunardi NT Litang menyempatkan mengecek posko, logistik, dan tempat pengungsian korban banjir, Jumat (18/9). Diakuinya, masih banyak warga yang memilih bertahan di tempat tinggal masing-masing. “Kami hanya bisa mengimbau mereka untuk mengungsi, tapi kami juga tidak bisa memaksa mereka,” ujar Sunardi.
Perkembangan banjir saat ini, ada lima kecamatan di wilayah hulu Katingan yang sudah mulai surut dan berangusr-angsur kondisi normal kembali. “Posisi banjir sudah berada di wilayah hilir, yaitu Kecamatan Tewang Sangalang Garing, Katingan Hilir, Tasik Payawan, dan Kamipang. Fokus kami sekarang di empat kecamatan ini. Di Kecamatan Pulau Malan sudah mulai surut,” terangnya.
Untuk di Kecamatan Tewang Sangalang Garing, sebut Sunardi, diprediksi air bakal segera surut. Sedangkan di Katingan Hilir wilayah Kota Kasongan, debit air masih tinggi. “Sejumlah tempat di Kasongan masih tergenang, seperti ruas jalan trans Kalimantan dan permukiman penduduk,” ujarnya.(ce/ram)