Ekonomi Bisnis

Program Kemitraan Bukti Ketulusan Pertamina

PALANGKA RAYA – Suara bising mesin pengisi angin ban kendaraan roda dua mendengung memenuhi telinga. Beberapa mekanik Bengkel Jogya Motor terlihat sibuk memperbaiki beberapa motor. Disalah satu sudut bangunan dari semen ini tampak botol-botol oli dan sparepart motor tersusun rapi.

Tak terasa, kurang lebih dua tahun sudah owner Bengkel Jogya Motor, Suyadi, menjadi mitra Pertamina. Tapi bukan mitra dalam sektor usaha produk utama Pertamina, namun mitra dalam peminjaman tambahan modal usaha.

Sejak berdiri 23 tahun lalu, Bengkel Jogya Motor memiliki banyak cerita suka duka. Agar bisa bertahan, ada banyak perjuangan yang Suyadi lakukan. Untuk berkembang tentu dia membutuhkan modal tambahan.

Suatu ketika pada akhir Tahun 2017 ia mengikuti kegiatan gathering pelumas oli di Kota Palangka Raya. Saat itu lah ia mendapatkan informasi mengenai Program Kemitraan Pertamina.

Tak disangka, untuk menjadi mitra Pertamina, syaratnya mudah dan tidak dipersulit. Setelah beberapa bulan pengajuan, pada 2018 ia berhasil mendapatkan pinjaman sebesar Rp50 juta melalui program kemitraan tersebut.

“Syaratnya mudah dan cepat, seperti izin usaha dari kelurahan, untuk agunan jika tidak ada sertifkat tanah bisa BPKB mobil. Setelah itu dicek, lalu dana dicairkan. Rp50 juta langsung saya terima,” tutur Suyadi yang kini memiliki empat karyawan di bengkelnya Jalan Temanggung Tandang, Palangka Raya, Sabtu (17/10).

Tak hanya itu, ketulusan dalam program kemitraan yang ditujukan untuk meningkatkan daya saing dan kemampuan usaha kecil mitra binaan, agar tangguh dan mandiri, sekaligus memberikan multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat ini sangat ia rasakan dalam hal pengembalian uang pinjaman, karena tak ada bunga, hanya ada jasa administrasi.  

“Dari pinjaman Rp50 juta, yang dibayarkan selama 3 tahun, total pengembalian hanya Rp53 juta. Jadi saya tidak terbebani. Saya pernah meminjam di bank, bunganya lebih tinggi. Yang jelas lebih enak bermitra dengan Pertamina. Makanya saya berharap Pertamina bisa membantu usaha bengkel lainnya, karena sangat membantu,” bebernya. 

Dengan adanya tambahan modal tersebut, usaha Suyadi sejak itu semakin berkembang. Yang tadinya hanya bisa menjual satu merek oli dan hanya satu dus, sekarang sudah ada banyak merek oli yang dijual dan lebih dari satu dus.

“Selain itu saya belikan beberapa sparepart. Dengan adanya tambahan modal ini, stok bahan bengkel saya bisa bertambah, dan tentu dengan ini pelanggan saya semakin banyak,” ungkapnya.

Ketulusan Pertamina melayani dalam Program Kemitraan ini juga dirasakan salah satu penjual kain batik di Palangka Raya. Sejak belajar membuka usaha Tahun 2010, Owner New Risna, Faisal Hadi mencoba untuk membuka usaha menjual kain batik.

Untuk mengembangkan usahanya, lelaki kelahiran Palangka Raya ini mencoba untuk menjadi mitra Pertamina. Pasalnya, pada 2016 lalu, toko yang dibangunnya tertimpa musibah kebakaran. Ada banyak barang dagangan yang terbakar, sehingga kurang lebih 8 bulan penjualan terhenti. Tidak ada transaksi jual beli.   

“Jadi setelah kebakaran, dalam beberapa tahun kami kesulitan membayar pemasok. Setelah beberapa tahun kami dalam kesulitan itu, tahun 2018 saya bisa menjadi mitra pertamina dan meminjam uang Rp75 juta. Dengan pinjaman ini lah saya kembangkan usaha saya lagi,” ungkap lelaki berusia 27 tahun ini.

Melalui program kemitraan ini, ketulusan Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbukti. Sebab dari 90 pelaku usaha di Kalteng, pelaku usaha yang dibantu melalui program ini, bukan hanya pelaku usaha yang sektor usahanya berkaitan dengan produk utama Pertamina, tapi menyentuh sektor usaha diluar itu. Seperti bengkel, salon dan penjualan batik, peternakan, perikanan, perkebunan, pertanian, industri, jasa dan lain-lain.

“Jadi untuk menjadi mitra, yang penting dia punya usaha yang positif dan usahanya mau dikembangkan. Dalam program ini kami tidak memandang sektor usaha yang dibangunnya, meskipun tidak berkaitan dengan produk pertamina,” ucap Section Head CSR Pertamina Region Kalimantan, Edward Manaor Siahaan.

Selain itu, ketulusan Pertamina dalam program ini juga bisa dilihat dari syarat menjadi mitra binaan sangat dipermudah. Yakni WNI, aset kekayaan bersih maksimum Rp500 juta. Omset total penjualan per tahun maksimun Rp2,5 miliar. Usaha telah berjalan minimum 6 bulan dan punya potensi berkembang. Usaha milik sendiri bukan anak perusahaan atau afiliasi dengan usaha besar. Badan usaha perseorangan dan tidak berbadan hukum, serta belum memenuhi persyaratan persyaratan perbankan.

Ketulusan lainnya, bisa dibuktikan dari segi manfaat. Yakni tidak membebani mitra binaan, karena jasa administrasi hanya 3 persen, lebih rendah dari kompetitif dibandingkan institusi perbankan. Ditambah dengan mendapat kesempatan mengikuti pembekalan dan pelatihan untuk meningkatkan usaha yang dijalankan.

Berkesempatan pula mengikuti berbagai kegiatan pameran tingkat lokal, nasional hingga internasional untuk memperkenalkan produk mitra binaan, serta terintegrasi dengan pemasaran online rumah kreatif BUMN.

Mengenai biaya administrasi 3 persen, Edward Manaor Siahaan, menjelaskan, 3 persen ini menjadi alokasi dana untuk mitra mendapatkan pelatihan dan pendampingan atau mendapatkan kesempatan ikut pameran.

“3 persen ini digunakan bukan untuk operasional Pertamina. Tiga persen yang dibebankan ke si peminjam ini dikembalikan lagi ke si peminjam, melalui mengikutsertakan si mitra dalam kegiatan pelatihan dan promosi pameran,” tegasnya.

“Tiga persen itu dilihat sesuai dengan jumlah pinjaman pertahun. Misal, pinjaman Rp200 juta pada tahun pertama. Tahun kedua pinjaman pokok Rp100 juta, maka 3 persen itu tidak lagi dikalikan Rp200 juta, tapi dikalikan 100 juta. Di tahun ketiga, misalnya sisa Rp50 juta, maka Rp50 juta dikali tiga persen. Jadi semakin menurun,” tandasnya. (aza)

Related Articles

Back to top button