TAFAKUR RAMADHAN

Nuzul Quran, Masihkah?

Pada dimensi ini, Nuzul Quran perlu dipahami sebagai proses interaksi manusia dengan Alquran. Interaksi ini dilakukan untuk membaca, mempelajari, mengerti, memahami, menikmati, serta “menuzulkan” Alquran dalam seluruh organ lahir dan batin yang memancarkan akhlak Alquran.

Sebab, Alquran ditujukan pada manusia, maka ketika Alquran sempurna diwahyukan, giliran manusia berupaya “menuzulkan” dalam dirinya. Pancaran tersebut ketika menyinari lahir memunculkan akhlak terpuji sesuai petunjuk Ilahi yang dicontohkan oleh Rasulullah. Bila pancaran menyinari batin memunculkan zikir yang tiada bertepi.   Bila dilihat dari dua dimensi di atas, terlihat bahwa dimensi pertama merupakan tangga menuju dimensi kedua.

Secara teori, dimensi kedua tak akan tercapai bila dimensi pertama tak dilalui, apatahlagi tak mengenalnya sama sekali. Namun, acapkali manusia “terlena dan sombong” pada dimensi pertama, melihat Nuzul Quran pada kajian historis dan literasi.

Sebab, bila dilihat dari dimensi historis, maka Nuzul Quran sudah tidak ada lagi. Semua ayat Alquran sudah sempurna diwahyukan pada Rasulullah. Bila dilihat pada sisi literasi, sudah banyak kajian tafsir, kajian bahasa, bahkan hafiz/hafizah lahir menyajikan keindahan dan keagungan kalam Allah.

Bisa jadi pada saatnya akan dipandang Nuzul Quran sudah rampung. Para ahli tafsir akan berhenti dengan kitab tafsirnya, para hafiz/hafizah akan berhenti dengan hafalan yang utuh, para pemilik gelar ilmu Alquran akan berhenti dengan gelar yang didapat, para penggiat seni Alquran akan berhenti dengan karya-karya monumentalnya, para ilmuan akan terhenti bila temuannya sudah ditemukan, para qari/qariah akan berhenti (pada waktunya) ketika prestasi diraih, atau seterusnya.  

Namun, bila dilihat pada dimensi kedua, ternyata Nuzul Quran tak pernah berhenti bagi hamba yang mengharapkan “turunnya kebenaran Alquran” untuk mengisi dan mewarnai seluruh rongga dan sum-sum rohaninya.

Nuzulnya Alquran pada rohani hamba yang mematangkan “sisi penghambaan” dan menyeruak pada seluruh gerak jasmani sebagai perintah rohani untuk mengimplementasikan keangungan Allah. Bila dimensi kedua mampu diraih, maka apa pun amanah yang diemban dalam kehidupan akan bermuara pada cahaya Alquran.

Namun, upaya Nuzul Quran terhenti pada dimensi pertama, maka Alquran hanya sebatas hiasan yang memukau setiap yang melihat dengan cahaya gemerlapan. Namun, batin (rohani) akan tetap gelap dan tersesat dalam perjalanan menuju cahaya Allah.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button