AKHIR PEKANBeritaSASTRA

Tape Ketan si ”Lambe Turah”

Jendro tak banyak omong bukan lantaran tak ada lagi ini-itu tanah air yang butuh lambe turah-nya. Istri Sastro itu tak lagi menjadi warga komentator sebab lagi menantikan tape ketan hitamnya jadi.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

AGAR jadinya bukan tape ketan gagal, yang sepo dan mrengkel-mrengkel seperti otot kurang diurut, selain pantang buang kentut pantang pula bagi pembuatnya untuk banyak omong selama penantian itu.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Kebijakan baru boleh buka masker di tempat-tempat umum, salah satu yang sebetulnya bisa membuat Jendro ndak pensiun-pensiun sebagai warga komentator. Pelat nopol putih untuk mengganti yang hitam, yang sudah menjadi tradisi selama bertahun-tahun, adalah satu contoh lainnya.

Banyak warga yang sudah MPP, masa persiapan pensiun sebagai komentator, ujung-ujungnya aktif ngantor lagi sebagai komentator. Bahkan yang sudah pensiun dini.

”Aduuuuuh, Pak Jokowi, bangga, Pak, sudah izinkan kami buka masker di sektor publik,” komentar warga yang telah pandai bersyukur akan penampakan hidung, bibir, gigi, dagu, dan rahangnya seburuk apa pun penampakan itu.

Warga yang tak pernah sempat bersyukur akan kenyataan hidung, bibir, gigi, dagu, dan rahangnya sudah sebagus apa pun kenyataan itu berkomentar, ”Yaaaaah, Pak Jokowi, kok ngebolehin copot masker, sih, Paaaak… Satu-satunya kenyataan yang bisa kuandalkan dalam hidupku, kan, cuma kening dan matakyuuuuuu…..”

Komentar-komentar lain pun berseliweran sejak di kedai-kedai murahan sampai resto-resto yang melarang kehadiran sandal jepit. Bahwa susah membuka masker. Maskeran sudah jadi adat istiadat. Seperti pakai BH.

Halaaah, adat apaan? Baru dua tahunan. Pelat nopol hitam mobil-mobil itu malah sudah puluhan tahun. Bisa, kok, diubah jadi nopol putih biar lebih gampang dipotret kamera pengawas.

”Bedaaa!” tanggap warga komentator lain. Bagi mereka, penggantian bertahap nopol hitam menjadi putih tak bisa disamakan dengan kebijakan baru buka masker. Buka masker itu buka kedok. Bibir jadi gamblang. Manyun ke mertua tak bisa disembunyikan lagi. Cibiran ke para penguasa tak kuasa lagi disamarkan.

”Sedangkan mengganti nopol hitam dengan nopol putih itu perlambang bahwa kita semua akan meninggalkan dunia hitam. Ini positif. Bangsa kita memang suka yang positif-positif.”

***

1 2Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button