Gen Z dan Melenial Penentu Masa Depan Krisis Iklim di Indonesia, Masuk Kelompok Swing Voter saat Pemilu 2024
JAKARTA, Kalteng.co-Masa depan isu lingkungan dan krisis iklim pasca Pemilu 2024, ditentukan oleh Gen Z dan Mellenial. Kelompok ini masih menjadi kelompok penentu dalam mendukung terpilihnya para Caleg atau Capres yang akan menjadi penentu kebijakan soal lingkungan hidup lima tahun ke depan.
Sementara masa kampanye hanya 75 hari, dianggap waktu yang sangat singkat bagi para kandidat menyampaikan gagasan politiknya terkait iklim dan lingkungan hidup.
Apalagi sasasarannya anak muda milenial dan generasi Z yang merupakan pemilih mayoritas pada pemilu 2024 sebanyak 56,45% dari total keseluruhan pemilih.
Dalam berbagai survei, yang paling banyak bersuara dan paling berkepentingan untuk masa depannya ialah anak-anak muda. Mereka menempatkan masalah perubahan iklim dan lingkungan hidup menjadi masalah penting dan teratas yang harus ditangani.
Realitas itu pun tercermin dari penelitian Center of Economic and Law Studies (CELIOS) dan Unity of Trend (UniTrend). Survei terhadap 1.245 responden pada rentang tanggal 31 Maret 2023 – 15 April 2023, menemukan bahwa secara umum, 81% masyarakat Indonesia setuju bahwa pemerintah perlu mendeklarasikan kondisi darurat iklim.
Jika dilihat dari daerah tempat tinggalnya, masyarakat yang tinggal di lingkungan perkotaan (89%) dan pinggiran kota (88%) cenderung lebih setuju jika pemerintah mendeklarasikan kondisi darurat iklim dibandingkan dengan masyarakat di pedesaan (74%).
“Studi ini menemukan bahwa Generasi Z dan Millenial dengan rentang usia 15-34 tahun paling banyak berpersepsi bahwa krisis iklim adalah hal yang nyata. Dan 60% masyarakat menilai pemerintah belum mampu merumuskan kebijakan yang dapat mencegah krisis iklim di Indonesia,” tulis laporan riset tersebut.
Ketua Umum Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau SIEJ Joni Aswira mengatakan, saat ini yang dibutuhkan oleh generasi muda ialah melimpahnya buah pikir para kandidat, untuk bicara tentang masa depan lingkungan bagi generasi muda.
Joni berharap ruang-ruang gagasan itu dapat diinisiasi oleh berbagai pihak dan mestinya disambut pula oleh para kandidat.
“Sebab kita ingin menilai mana capres yang peduli dan berkomitmen dan mana yang tidak. Swing voter kita masih tinggi. jangan-jangan mayoritas di dalamnya adalah anak muda yang risau dengan dampak krisis iklim,” kata Joni.
SIEJ tambahnya, tengah menyelenggarakan Green Press Community selama 8-9 November 2023 di Jakarta. Forum yang mempertemukan semua stakeholder untuk membicarakan isu ini. Bahkan menyediakan ruang khusus untuk para capres berbagi gagasannya.
“Namun sayangnya, bagi kandidat capres isu-isu seperti ini memang masih kalah seksi dibanding seremoni politik,” katanya. (*/tur)