AKHIR PEKANSASTRA

Manusia Silver

Sambil tersentak lamunannya terbang saat makian itu masuk ke telinganya. Ia tak sadar bahwa langkah kakinya masuk ke bahu jalan. “Astagfirullah”, ucapnya dengan suara gemetaran. Segera ia ke tepi jalan dan meneruskan perjalananya sampai ke rumah.

Sesampai di rumah segera ia bersihkan wajah dan anggota tubuhnya makin mengeras tersengat matahari yang terik. Wajah dan tubuhnya memerah akibat pengaruh zat kimia melekat di sekujur tubuhya. Menjadi manusia silver hakikatnya pekerjaan sangat menyiksa bagi Ghufron.

Tapi, apa daya mau dikata. Untuk usaha lain ia tak memiliki modal usaha cukup. Terpaksa jalan ini ia pilih meski menyiksa diri dan istrinya. Segera direbahkan tubuhnya yang lelah itu di ruang tamu. Melihat istri dan cucunya yang tertidur seakan ia tak tega memandangnya.

Matanya basah kuyub oleh air mata kesedihan. Ia merasa berdosa menjerumuskan mereka ke Jakarta. Ia merasa malu jika harus kembali ke kampung halamannya.

Sawah ladangnya musnah, hewan peliharaannya juga lenyap. Ia terkepung dengan pikiranya sendiri. Bak bola api siap membakarnya. Rasa lelah itu akhirnya membenamkan segala persoalan di kepalanya menuju negeri kapuk. Malam makin merayap. Hiruk pikuk kota masih terdengar riuh di ujung jalan utama. Beragam kesibukan malam warganya seakan menambah kepenatan ibu kota yang makin tua.

***

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button