Puruk Cahu

Terpikat Betang Tumbang Apat 1897

Selain bercerita tentang silsilah keluarga dan moyang mereka, Althur teringat pesan dan pelajaran hidup turun-temurun.

Ya. Hidup dalam kebersamaan, hapakat.  Huma betang dibangun untuk bersama, tidak bisa dibangun satu pilar.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Pilar-pilar ini menggambarkan saudara, anak cucu yang saling jaga persaudaraan, perselisihan diselesaikan dengan kekeluarganan (kesepakatan / kapakat). Tidak ada kehidupan sebagai dasar kehidupan keluarga selain kebersamaan kapakat itu sendiri.

“Jangan lupa leluhur! Meski kita tidak melihat dengan kasat mata, tapi leluhur ada di sekitar dan kita bisa merasakan melalui bukti dan warisan adat istiadatnya. Kita jaga, hormati,” ungkapnya.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

“Ingat, kita tidak menyembah tetapi menghormati mereka melalui adat istiadat yang diwarisi,” tutupnya.

Geng Kapak mandi di sungai tepat di depan betang. Yang lain siap menari untuk dikumentasi.

Mandi di sungai sedalam sekitar 2 meter, debit air setinggi dada orang dewasa meski 2 hari sebelumnya disapu banjir lebih dari 2 meter, memberikan pengalaman luar biasa. Bermodal senter, jernihnya air Sungai Babuat membuat batu di dasarnya tetap terlihat.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button